Kamis, 4 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Muktamar NU

Menimbang Nusron Wahid, Kader PMII Sebagai Calon Ketum PBNU pada Muktamar 34

Nusron Wahid adalah salah satu kader Nahdliyyin yang memiliki semua kriteria selain cak Imin.

Editor: Husein Sanusi
Istimewa
KH. Imam Jazuli, Lc. MA, alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015. 

Hanya saja, Nusron Wahid memiliki beban psikologis-struktural karena dirinya juga pernah menjadi Ketum GP Ansor NU yang mendahului Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut).

Hubungan Nusron Wahid dan Gus Yaqut tidak bisa semata-mata dibaca melalui kacamata struktural-organisasional, yaitu sebagai sesama kader terbaik GP Ansor.

Lebih dari itu, sudut pandang psikologi-politik juga bisa dipakai menganalisa. Gus Yaqut sudah tentu akan mendukung kakandanya, Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), maju menjadi Ketum PBNU.

Mau tidak mau, psikologi politik ini akan turut “menyeret” Nusron Wahid pada pusaran Gus Yahya.

Tetapi, Gus Yahya adalah ulama sejati. Bukan politisi. Sementara PBNU butuh kepemimpinan yang politis-manajerial.

Warga Nahdliyyin biasa seperti penulis, butuh sesuatu yang lebih substansial untuk masa depan PBNU. Yaitu, ideologi dan politik.

Di level ideologi, Nahdliyyin butuh PMII yang memimpin NU. Di level politik, Nahdliyyin butuh politisi ulung yang memimpin NU.

Kekuatan ideologi dan politik ini akan menjadi modal awal, pintu masuk pertama, untuk melangkah lebih jauh, yakni kontribusi Nahdliyyin kepada peradaban dunia.

Sudah sangat tepat Munas dan Konbes NU 2021 mengkritik kelemahan ekosistem kesehatan nasional, yang alkesnya 94% dari Impor.

Sudah sangat tepat pemerintah Indonesia melobi WHO untuk menjadikan Indonesia pusat manufaktor kesehatan global.

Dalam konteks makin kompleks ini, Nahdliyyin sudah sangat dibutuhkan untuk tidak sekedar menjadi aktor non-state, yang beruasa dari pinggiran, dan kerap dipinggirkan pada panggung kekuasaan, seperti pengalaman Pasca Pilpres 2019 kemarin.

Untuk masuk ke jantung kekuasaan yang lebih strategis itu, maka Calon Ketum PBNU masa depan sudah wajib seorag politisi ulung.

Nusron Wahid adalah figur yang tepat, Pengabdiannya bagi warga Nahdliyyin sangat dibutuhkan.

Bukan hanya mengabdi lewat GP Ansor, PB PMII, Golkar, dan BNP2TKI semata-mata. Kini kehadirannya dibutuhkan sebagai Ketum PBNU.

Sudah Saatnya kader-kader PMII "tangan terkepal dan maju ke muka", untuk memimpin dan melakukan perubahan terbaik untuk NU dan bangsa Indonesia. Wallahu a’lam bis shawab.

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan