Tribunners / Citizen Journalism
Presidensi G20
G20 Orchestra, di Dunia Mereka Terbaik, di Indonesia Mereka Berkumpul
G20 Orchestra adalah warisan Indonesia untuk G20 ke depannya, dan bisa menjadi disrupsi di dunia musik klasik.
Editor:
Dewi Agustina
Hasilnya sangat membanggakan, sulit bagi saya untuk hanya memilih sebagian dikarenakan kemampuan musik mereka yang luar biasa.
Musisi kita di G20 Orchestra kebanyakan tidak dikenal dalam "lingkaran musik klasik" dan bergabung dengan orkes-orkes di Jakarta.
Apa karena mereka tinggal di luar kota? Apa karena mereka tidak memiliki koneksi yang cukup?
Bahkan dari Amerika kita mendapatkan pemain viola Toby Winarto, yang berdarah 100 persen Indonesia tapi memang lahir dan berkewarganegaraan AS dan berkarir cukup cemerlang, serta baru saja diterima di New World Symphony.
Kita tidak akan tahu tentang Toby kalau tidak ada G20 Orchestra ini.
Bukannya membanggakan diri, tapi saya ingat ketika saya balik ke Indonesia tahun 2000 dan belum ada yang namanya kompetisi piano apalagi instrumen lainnya.
Bagaimana seorang pianis bisa berkarir tanpa pembuktian dari kemenangan satu atau beberapa kompetisi?
Adalah Pia Alisjahbana (pendiri Femina Group) yang meminta saya saat berkunjung ke Indonesia atas undangan Presiden Gus Dur tahun 2000 untuk membuat kompetisi piano bertaraf internasional sehingga lahirlah Cipta Award yang hanya bertahan dua kali penyelenggaraan.
Pada tahun 2008 Pia Alisjahbana dan Dedi Panigoro dari MEDCO membangkitkannya kembali dan memberi nama baru yaitu Ananda Sukarlan Award (ASA).
Setelah itu di tahun 2011 sebuah institusi di Surabaya, Amadeus Performing Arts pimpinan Patrisna Widuri mengirim proposal untuk mendirikan Kompetisi Vokal Klasik "Tembang Puitik Ananda Sukarlan" (TPAS) yang saya terima dengan tangan terbuka.
Semua solois G20 dari Indonesia terdiri dari pemenang kompetisi piano
ASA (Calvin Abdiel Tambunan) dan TPAS (dua soprano Mariska Setiawan & Pepita Salim, tenor Nick Lukas dan bariton Kadek Ari Ananda).
Sejak 2020 baik ASA maupun TPAS yang telah sukses menghasilkan musikus klasik paling handal dari Indonesia ini diambil alih oleh Kemendikbudristek di bawah Menteri Nadiem Makarim dengan tujuan untuk memetakan bakat-bakat musik klasik di Indonesia sebagai aset budaya dan dibudidayakan di acara-acara seperti G20 ini.
Saya selalu bertanya-tanya, dengan penduduk 250 juta lebih, kenapa Indonesia tidak bisa mendapatkan 70-an musisi berkualitas prima untuk membuat orkestra kelas dunia?
Sekarang, kita tahu mengapa dan bagaimana mengatasinya. Sekarang, ini hanya masalah teknis, dan #g20orchestra telah mulai memecahkan masalah tersebut dan mengeksekusinya.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.