Tribunners / Citizen Journalism
Sampah dan Fakir Miskin
Sampah di sungai akan menyebabkan genangan air dan mengalir hingga ke tepi pantai, mengakibatkan terganggunya ekosistem pantai
Editor:
Eko Sutriyanto
Denda atas pembuangan sampah pun belum dapat ditegakkan karena sulitnya menangkap pelaku yang membuang limbah secara sembarangan.
Reputasi Indonesia sebagai juara 2 dunia dalam produksi sampah (juara 1-nya adalah China) merupakan hal yang memprihatinkan. Kebutuhan manusia untuk kesejahteraan tidak boleh mengorbankan alam, sungai, dan laut.
Menurut Pasal 33 UUD 1945, kekayaan alam harus digunakan untuk kemakmuran sebesar-besarnya bagi rakyat, sedangkan fakir miskin dipelihara oleh negara.
Banyak fakir miskin sejatinya bisa dimanfaatkan untuk mengurus sampah.
Mereka bukanlah sampah masyarakat. Jasa mereka dapat dimanfaatkan untuk pembersihan lingkungan dan penyortiran sampah, yang selanjutnya bisa diolah menjadi energi listrik dan pupuk organik.
Modal Pemda yang digunakan untuk mengangkut sampah dengan truk, terutama di Jakarta, terbilang sangat boros karena sampah belum disortir dan tidak dikompresi.
Satu truk sampah paling hanya bisa melakukan 4 rit pengangkutan per hari, sehingga sangat tidak efisien untuk mengangkut sampah di DKI yang mencapai 7.600 ton per hari.
Fakir miskin sangat tepat untuk digaji membersihkan lingkungan hidup, sementara ibu-ibu dapat diberikan tanggung jawab untuk menyortir sampah domestik, karena 60 persen sampah domestik adalah sisa makanan.
Kita adalah bangsa yang juara 2 dalam membuang sisa makanan (juara 1-nya adalah Timur Tengah).
Padahal, jika dilakukan penyortiran dan dimanfaatkan oleh fakir miskin—tepatnya dimanusiakan—maka lingkungan akan bersih, dan banjir bandang serta sampah yang mengalir hingga antar benua dapat dihindari.
Diperlukan kesadaran dan hukum yang tegas untuk mengendalikan sampah, mulai dari hulu sungai hingga sepanjang pantai, serta pengerukan selokan. Biaya pencegahan pasti lebih murah daripada biaya banjir bandang dan kerusakan alam.
Selamat menjalankan ibadah puasa dan amal pembersihan lingkungan. Allah menghendaki ciptaan-Nya tidak merusak bumi ini. Bumi hanya satu. Kita belum bisa pindah ke Mars untuk hidup di sana.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Indonesia Targetkan Pengurangan Limbah Plastik 50 Persen pada 2025, Wamen LH Dorong Kolaborasi ASEAN |
![]() |
---|
Yustinus Prastowo: Perubahan Perilaku Adalah Investasi Jangka Panjang untuk Jakarta |
![]() |
---|
Tingkatkan Pendapatan, Warga Meruya Utara Jakbar Mendapat Pelatihan Olah Sampah Daun Menjadi Kompos |
![]() |
---|
Longsor Landa TPA Galuga Bogor, Satu Orang Operator Beco Tewas |
![]() |
---|
Dosen ITB AAS Indonesia Tingkatkan Akuntabilitas Bank Sampah Pagar Idum Lewat Aplikasi SimBah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.