Selasa, 4 November 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Menjaga Semangat Kebangsaan di Tengah Tantangan Era Digital dan Globalisasi

Refleksi kebangsaan progresif di UI: dorong kepemimpinan visioner, inovasi, dan kemandirian menuju Indonesia Emas 2045.

Editor: Glery Lazuardi
ISTIMEWA
IBAS - Kuliah umum di Universitas Indonesia bahas kebangsaan progresif dan kepemimpinan visioner dalam menghadapi tantangan global. 

Kita berharap pemerintah semakin kuat dan berdaya, untuk memastikan negara kesatuan dan demokrasi Indonesia dapat benar-benar dijaga. 

Kita juga harus terus terlibat dalam upaya perdamaian dunia, tidak hanya bicara soal ketahanan nasional, tetapi juga kesiapan kita berperan aktif di dunia internasional. 

Peran tersebut harus dibarengi dengan kehadiran ilmu, inovasi, dan data.

Saya mengutip sosiolog Anthony Giddens, “Globalization does not erase nations, it challenges them to redefine themselves” — globalisasi tidak menghapuskan negara, tetapi menantang setiap bangsa untuk mendefinisikan dirinya kembali. 

Nasionalisme lama yang bersifat defensif dan berakar pada sejarah kini perlu bergeser menjadi kebangsaan progresif. 

Yaitu yang terbuka, reflektif, dan ilmiah. Nasionalisme kini harus menatap dunia, bukan menolak dunia. 

Kebangsaan tidak hanya dibicarakan, tapi dikerjakan. Ini dapat diwujudkan melalui pendidikan karakter digital, diplomasi kebudayaan, dan riset strategis berbasis IPTEK. 

Mengutip pesan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono: “Kita tidak bisa mengubah arah angin, tapi kita bisa menyesuaikan layar.” 

Saya juga menyoroti pentingnya kepemimpinan yang visioner di tengah dinamika global. 

Dunia kini menuntut strategic foresight, pemimpin yang progresif, visioner, kolaboratif, dan adaptif,” katanya. 

Saya menegaskan harapannya agar Indonesia menjadi subjek, bukan objek dunia. Tantangannya adalah bagaimana Indonesia dapat berdaulat digital, melakukan transisi energi, dan menjaga stabilitas maritim. 

Adapun solusi yang ia tawarkan meliputi kolaborasi diplomatik, inovasi sumber daya manusia dan riset, serta penguatan ketahanan sosial-ekonomi. 

Pemimpin tidak hanya reaktif, tapi antisipatif. Harus inspiratif, bukan instruktif. 

Sebuah konsep 'Tiga Langkah Indonesia Progresif', yakni Kesadaran Baru, Dorong Inovasi, dan Etika Publik. 

Langkah ini perlu dilandasi oleh cinta tanah air, berpikir kritis dan solutif, menjadikan IPTEK sebagai instrumen kemandirian, serta membangun kepemimpinan berbasis integritas untuk mencapai cita-cita Indonesia Emas 2045. 

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved