Minimarket Menjepit Kaki Lima
Ternyata Adnan tidak sendirian. Edah salah satu pedagang rokok pinggir jalan ikut merasakan dampak menjamurnya minimarket di Jakarta.
Penulis:
Muhammad Zulfikar
Editor:
Yulis Sulistyawan
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ternyata Adnan tidak sendirian. Edah salah satu pedagang rokok pinggir jalan ikut merasakan dampak menjamurnya minimarket di Jakarta. Kios kecil Edah yang berjarak 20 langkah dari minimarket berlogo merah tersebut harus merasakan kerugian akibat tak mampu bersaing.
"Saya sudah 20 tahun berdagang rokok, dan mengalami kerugian selama lima tahun belakangan," kata Edah. Ibu tiga anak ini mengatakan, omsetnya sempat menurun tajam ketika minimarket tersebut baru saja dibuka.
Sambil melayani pedagang, Edah bercerita, sebelum dapat saingan minimarket tersebut dia bisa menjual setidaknya tiga pak rokok dengan berbagai merek. "Sekarang paling banyak lima bungkus saja dalam sehari," katanya.
Untuk minuman ringan yang ia jual pun mengalami penurunan penjualan. "Para pembeli lebih memilih minimarket daripada beli di warung saya," katanya.
Edah juga menuturkan, dahulu dalam sehari ia dapat memeroleh penghasilan Rp 600 ribu, tapi setelah ada minimarket menjadi Rp 400 ribu.
Edah hanya berharap, suatu saat nanti pemerintah bisa lebih memikirkan rakyat kecil seperti dirinya yang hanya mengandalkan warung rokoknya untuk menyambung hidup.
"Biar kita protes juga percuma, karena ritel didukung pemerintah. Dengan adanya minimarket tersebut makin menjepit pedagang kaki lima," katanya.
Baca lengkap silakan klik di Tribun Jakarta Digital