Kamis, 9 Oktober 2025

Kekeringan AS Bakal Picu Krisis Pangan Dunia

Kekeringan yang melanda AS ini berimbas buruk pada hasil pertanian negara Paman Sam dan bakal mengerek harga komoditas pertanian dunia.

Penulis: Sugiyarto

TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Amerika Serikat (AS) kini tengah menghadapi musim kemarau terburuk dalam kurun 50 tahun terakhir. Kekeringan yang melanda AS ini berimbas buruk pada hasil pertanian negara Paman Sam ini.

Harga komoditas pertanian pun membumbung tinggi. Dampak lanjutannya tidak hanya terasa di AS sendiri. Goncangan kekeringan yang terjadi di AS ini bakal mengancam ketahanan pangan global. Harga-harga komoditas pertanian di pasar global, terus menanjak.

Dalam perdagangan di bursa berjangka di AS pekan ini, harga jagung dan kedelai telah melampaui rekor tertinggi yang tercatat pada 2007-2008 saat krisis keuangan di AS muncul. Sedangkan, harga gandum meningkat secara bertahap dalam lima pekan terakhir sebesar 50 persen, meskipun kenaikan terebut belum melampaui rekor sebelumnya.

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) mulai cemas dengan kondisi tersebut. Lembaga di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) itu memperingatkan kenaikan itu tentu akan merugikan sejumlah negara, khususnya negara miskin.

"Saya tentunya sangat khawatir dengan kenaikan harga komoditas pangan dalam beberapa waktu belakangan ini. Situasi ini akan berdampak langsung, terutama warga miskin, karena mereka akan menghabiskan sekitar 75 persen penghasilan mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan," kata Direktur Jenderal FAO Jose Graziano da Silva dalam wawancara khusus dengan Financial Times,  Jumat (20/7).

Graziano da Silva menambahkan FAO akan menggelar pertemuan antara negara sebelum akhir tahun tahun ini untuk mengatasi masalah kemandirian pangan. Dengan catatan, pertemuan darurat itu digelar jika situasi panen di AS dan beberapa negara agraris terus memburuk ke depan.

AS kini tengah menghadapi kemarau panjang. Para pakar meteorologi setempat memperingatkan separo dari tanaman jagung dan kedelai di seluruh AS akan tetap kering dalam dua pekan ke depan. Karenanya, banyak trader memangkas estimasi hasil panen jagung AS sebesar 8-15 persen.

"Semoga bencana ini segera berakhir," kata Menteri Pertanian AS, Tom Vilsack, beberapa waktu lalu.

Musim kemarau ekstrim di Negeri Paman Sam dalam beberapa waktu belakangan ini dinilai bisa berimbas buruk terhadap negara lain, mulai Mesir hingga China. Pasalnya, AS selama ini memasok hampir 50 persen dari kebutuhan komoditas pertanian, seperti jagung, kedelai dan terigu, global.

"Sepanjang berkarir di perdagangan komoditas lebih dari 30 tahun, saya melihat masalah cuaca saat ini sangat serius. Saya kira masalah ini akan mempengaruhi suplai dan permintaan global," demikian ujar seorang trader di bursa berjangka di AS.

Hal senada juga disampaikan David Nelson, analis dari Rabobank. Menurutnya, indikasi bencana gagal panen di AS terlihat nyata. Harga sejumlah barang komoditas pertanian terdorong naik hingga mencapai level seperti pada 2008. (rtr/afp/*)

BACA JUGA:

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved