Selasa, 30 September 2025

The Illuminator, Karyanya Makin Dihargai

TAK sedikit anak muda yang suka dengan gambar-gambar seram, unik dan artistik

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto The Illuminator, Karyanya Makin Dihargai
wikipedia
Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM -- TAK sedikit anak muda yang suka dengan gambar-gambar seram, unik dan artistik. Terutama bagi mereka yang suka banget dengan musik metal, hampir semua aksesorinya mengandung unsur-unsur yang seram, sangar namun penuh sentuhan artistik.

Dari sekian banyak aksesori kemetalannya itu umumnya merupakan hasil karya para seniman ilustrasi tanpa batas yang juga pencinta berat musik metal. Para seniman ilustrasi tanpa batas ini, khususnya yang ada di Bandung kerap menamakan diri dengan sebutan The Illuminator. 

Komunitas yang mengkhususkan diri pada seni ilustrasi tokoh-tokoh kejam yang seram dan suasana-suasana kehancuran yang juga menyeramkan itu lahir dari sebuah komunitas musik metal, yaitu Ujungberung Rebel, yang hampir tak pernah berhenti untuk melahirkan embrio lainnya. Hingga terbentuk sebuah komunitas artwoker yang diberi nama The Illuminator.

"Ide untuk membuat komunitas artworker di Bandung itu sebetulnya sudah ada sejak tahun 2007, nama The Illuminator untuk pertama kali tercetus pada tanggal 20 Maret 2010 di Common Room Jalan Kiai Gede Utama," ujar Didin Krisnaendy Purwanda Supartawidjaya yang akrab disapa Dinan, kepada Tribun.

Illuminator sendiri berasal dari gabungan kata ilustrator dan terminator. Artinya, penggambar yang ingin menghancurkan batasan dalam berkarya. Kelompok seniman artwork itu dibentuk oleh Dinan, Ivan Nugraha atau Ken Terror, serta Gencuy Brutal Art yang bernama asli Cucu Somantri. Komunitas ini lahir dari obrolan ringan mereka yang ingin membuat pameran bersama. Dengan terbentuknya komunitas para ilustrator itu, ditambah dukungan dari Ridwan Nandar Nugraha, Yusep Mortem Art, Gustav Insuffer dan Jali Narchos, pameran perdana pun mampu digelarnya di Gallery Padi Artground pada 19 November hingga 4 Desember 2010.

"Malah setelah digelarnya Bandung Berisik V pada 11 Juni 2011, saya coba mendirikan Illuminator Artwork School di Jalan Cicukang -Ujungberung, yang bisa dibilang sebagai sekolah underground pertama di Indonesia untuk belajar dasar ilustrasi dan desain merchandise band metal. Tapi karena keterbatasan dana untuk kontrak rumah di Ujungberung itu, sekolah yang seminggu dua kali itu pun terhenti sejak September 2011. Sekarang ini terpaksa belajarnya di rumah saya yang cukup jauh dari pusat kota," tutur Dinan yang hingga sekarang ini ada sekitar 15 muridnya yang setia bertahan untuk terus belajar.

Karya para anggota komunitas itu kini tak lagi hanya dipesan untuk pembuatan sampul album band metal bagi grup-grup band metal baru dan kaus bagi para penggemarnya, tapi juga dipakai untuk ilustrasi buku, gambar pakaian, serta tas. Selain itu, pemesan artwork pun tidak hanya band-band metal dari Bandung, band metal dari luar kota Bandung pun banyak yang memesan.

Tak hanya itu, dalam kurun lima tahun terakhir, jangkauannya sudah merambah ke kawasan Asia Tenggara, hingga Amerika dan Eropa. Di antaranya untuk sampul album Atribute to Metallica, Disforia, Damagged, dan Mortal Decay. Bahkan baru-baru ini karya Dinan mampu menjadi ilustrasi cover buku Labour of Love & Hate karya John Resborn & Lena Resborn asal Swedia, yakni sebuah buku tentang scene metal, hardcore dan punk di kawasan Asia Tenggara.

"Setelah adanya workshop-workshop dan menggelar sekolah The Illuminator, memang penghargaan atas karya The Illuminator makin baik. Transaksinya bisa jual putus atau royalti. Beda dengan dulu yang kurang begitu menghargai, bahkan tak sedikit yang mencuri hasil karya kami," kata Dinan.

Untuk setiap karyanya, dijual dengan harga sekitar Rp 450 ribu hingga jutaan rupiah. Komunikasi dengan band itu terbuka lewat pemampangan karya di blog pribadi atau jejaring sosial internet. Karena pasar dan peminat karya artwork terbuka lebar di dunia maya.

Gambar-gambarnya yang selalu menunjukan kekejaman dan suasana seram itu lanjut Dinan, terbentuk sesuai dengan deru musik metal, tema lagu, atau rangkaian lirik yang gelap, beraroma kematian, kemarahan atau teriakan ketidakpuasan disertai makian. Maka gambar artwork selalu memberi kesan kejam dan seram seperti gambar zombie, malaikat maut, atau penghuni neraka.

Semakin banyaknya anak muda yang tertarik pada artwork juga terlihat pada ajang pameran yang belum lama ini digelar dengan tajuk "The Illuminator Artworkfest Goremageddon" di Fourspeed Parlor selama tiga hari. Saat itu The Illuminator mengangkat tema Goremageddon yaitu versi lain Armageddon menurut kaca mata artworker para The Illuminator.

"Selain banyak mendapat apresiasi dari pencinta karya seniman artwork. Para senimannya pun tidak hanya berasal dari Bandung saja, tapi dari Bojonegoro, Cilacap, Semarang dan Kalimantan pun banyak yang berpartisipasai memamerkan karyanya," ungkap Dinan.

Dalam pameran itu dipajang sekitar 60 gambar yang merupakan karya Dinan, Gustav Insuffer, Yusep Mortem Art, Ridwan Buldog, Rudi Gorgingsuicide, dan lainnya. Selain pameran mereka juga menggelar workshop tentang bagaimana cara menggambar dari para nara sumber yang ahli di bidangnya. (Tribun Jabar/dedy herdiana)

Baca juga:


Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved