Selasa, 28 Oktober 2025

DDPI Kembali Kirim Karyawan ke Tiongkok untuk Pelajari Revolusi Energi Hijau

PT Datang DSSP Power Indonesia (DDPI) kembali menunjukkan komitmennya dalam pengembangan energi berkelanjutan.

Editor: Content Writer
Istimewa
REVOLUSI ENERGI HIJAU - PT Datang DSSP Power Indonesia (DDPI) kembali menunjukkan komitmennya dalam pengembangan energi berkelanjutan. Terbaru, DDPI kembali memberangkatkan empat karyawannya untuk mengikuti Program Pelatihan Pembangkit Listrik Tenaga Batubara bagi negara-negara Belt and Road Initiative (BRI) di Universitas Normal Shenyang, Tiongkok. 

TRIBUNNEWS.COM — PT Datang DSSP Power Indonesia (DDPI) kembali menunjukkan komitmennya dalam pengembangan energi berkelanjutan.

Setelah mengirimkan empat karyawan pada September 2025, kali ini DDPI kembali memberangkatkan empat karyawannya untuk mengikuti Program Pelatihan Pembangkit Listrik Tenaga Batubara bagi negara-negara Belt and Road Initiative (BRI) di Universitas Normal Shenyang, Tiongkok.

Pelatihan yang berlangsung pada 9–22 Oktober 2025 dan diikuti oleh 25 peserta dari berbagai negara mitra BRI ini mengungkap transformasi besar yang sedang terjadi di sektor energi Tiongkok -- bagaimana negara dengan 1.195 pembangkit listrik tenaga batubara mampu mengubah ‘mesin polusi’ menjadi ‘pembangkit hijau’ yang ramah lingkungan.

“Peserta dari berbagai negara tidak hanya mempelajari teknologi, tetapi juga menyaksikan langsung revolusi hijau yang mengubah wajah industri energi di Tiongkok,” ujar Wang Gengming, Managing Director DDPI, Jumat (24/10/2025).

Meskipun batubara masih menyumbang 55 persen dari sumber energinya, menurut Wang, Tiongkok kini justru memimpin dunia dalam penerapan standar ultra-rendah emisi, yakni SO₂ ≤ 35 mg/m⊃3;, NOₓ ≤ 50 mg/m⊃3;, dan partikel debu ≤ 10 mg/m⊃3;.

Keajaiban Teknologi Hijau

Contoh nyata transformasi ini terlihat pada Pembangkit Listrik Tuoketuo China Datang, pembangkit terbesar di dunia dengan kapasitas 6,72 GW. Melalui investasi sebesar 1,8 miliar RMB untuk teknologi ramah lingkungan, Tuoketuo berhasil menurunkan emisi SO₂ hingga 77 persen, NOₓ sebesar 67 persen, dan debu hingga 71%, sekaligus menghemat 11,45 juta ton air per tahun.

Empat unit yang telah direnovasi di pembangkit tersebut juga mampu menghemat 470.000 ton batubara dan mengurangi 1,22 juta ton emisi CO₂ setiap musim semi.

Lebih mengesankan lagi, Pembangkit Listrik Ledong National Energy Corporation mencapai tingkat emisi debu hanya 1 mg/m⊃3;, jauh di bawah standar internasional. Sedangkan Pembangkit Listrik Huaxia Xiangxi di Guangdong mencatat konsumsi batubara terendah di dunia, hanya 267 gram per kWh untuk unit berkapasitas 1.240 MW.

Dari Limbah Menjadi Sumber Daya Baru

Salah satu peserta pelatihan asal DDPI, Chandra Duardo, mengungkapkan bahwa Tiongkok juga melakukan inovasi luar biasa dalam pengelolaan limbah pembangkit listrik.

“Mereka mengubah abu terbang menjadi bahan beton, keramik, dan bahkan media remediasi tanah. Gipsum desulfurisasi juga dimanfaatkan untuk bahan wallboard dan amandemen tanah pertanian,” jelas Chandra.

Pembangkit Listrik Teluk Meizhou, lanjutnya, bahkan telah mencapai nol pembuangan cairan dengan memanfaatkan 753.000 ton air limbah pada tahun 2024.

Selain itu, Tiongkok juga mulai mengembangkan teknologi ko-pembakaran biomassa dan amonia hijau yang diproduksi dari kelebihan energi terbarukan. Ini menjadi solusi inovatif untuk mengurangi ketergantungan batubara. Salah satunya, Pembangkit Listrik Zhili Changhe Zaozhou, mampu menghemat 2.900 ton batubara dan mengurangi 5.500 ton CO₂ per tahun melalui sistem ko-pembakaran biomassa cerdas.

Era Kecerdasan Buatan di Pembangkit Listrik 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved