Hingga Usia 17 Tahun, Yasuko Tak Bersekolah dan Sulit Berkomunikasi
Sampai saat ini ternyata masih ada warga Jepang yang terabaikan, tidak punya identitas dari orangtua (tohon).
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sampai saat ini ternyata masih ada warga Jepang yang terabaikan, tidak punya identitas dari orangtua (tohon) dan bahkan sampai usia 17 tahun tidak sekolah, masih sulit menulis hiragana.
Hal ini terbukti dari hasil survei yang dilakukan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Sport Sains dan Teknologi Jepang (MEXT) baru-baru ini.
Hasil survei MEXT menunjukkan masih ada sekitar 140 anak-anak yang terabaikan dari keluarganya, tidak ada dalam daftar keluarga siapa pun, tak punya identitas. NHK, Rabu (8/7/2015) mewawancarai seorang anak yang terbaikan itu di Perfektur Hyogo bernama Yasuko yang kini berusia 23 tahun.
Sampai dengan 17 tahun dia tak bersekolah, sehingga sampai kini masih sulit menulis karakter dasar Jepang Hiragana, dan sulit komunikasi dengan sesama manusia. Yasuko adalah korban perpisahan orangtuanya di mana ibunya dulu dipukuli (kekerasan) ayahnya dan langsung kabur memisahkan diri dari ayahnya.
Jumlah anak yang terabaikan tersebut kini menurut MEXT meningkat 35 persen dibandingkan tahun sebelumnya karena berbagai penyebab antara lain ekonomi yang sulit, sehingga tidak masuk sekolah.
Dari yang terabaikan tersebut 12 persen tidak pernah mengikuti pendidikan baik SD dan SMP yang diwajibkan di Jepang.
Pihak MEXT berharap anak-anak yang terabaikan tersebut agar segera menemui orangtuanya agar status mereka jelas dan dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik lagi.
Survei dilakukan tanggal 10 Juni 2015 terhadap 626 orang dengan usia sampai dengan 19 tahun sebanyak 513 orang, dan yang seharusnya mengenyam pendidikan SD dan SMP berjumlah 186 orang.
"Banyak yang tidak mendapatkan pendidikan dasar dan tak ada identitas karena akibat kekerasan di dalam keluarganya, perceraian dan sebagainya. Kasus pecahnya keluarga sebagai penyebab terabaikan mereka ada sekitar 71 persen, di dalamnya 7 persen karena kekerasan di dalam keluarga," kata seorang pejabat MEXT, Kushida Shunmi Kepala Bagian dari Departemen Divisi Perencanaan Pendidikan Menengah Pendidikan Dasar.