Ada Berapa Imam Masjid Orang Jepang Sampai Dengan Saat Ini?
Lalu kehidupan Nabi Muhammad diterjemahkan ke dalam Bahasa Jepang.
Editor:
Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Menarik memperhatikan Jepang dan agama Islam.
Kapan sebenarnya masuk ke Jepang?
Hubungan pribadi warga Jepang dengan orang Islam di luar Jepang sebenarnya sudah ada sebelum tahun 1868 melalui jalur perdagangan.
Agama Islam diketahui untuk pertama kali oleh penduduk Jepang secara resmi pada tahun 1877 sebagai bagian dari pemikiran agama barat.
Lalu kehidupan Nabi Muhammad diterjemahkan ke dalam Bahasa Jepang.
Hal ini jelas membantu agama Islam menempatkan diri dalam pemikiran intelek orang Jepang, tapi hanya sebagai satu pengetahuan dan pemikiran.
Lagi satu hubungan yang penting dibuat pada tahun 1890 ketika Turki Usmaniyah mengirim utusan yang menumpang sebuah kapal yang dinamakan "Ertugrul" ke Jepang untuk tujuan menjalin hubungan diplomatik antara kedua negara serta untuk saling memperkenalkan orang Muslim dan orang Jepang.
Kapal itu membawa 609 orang penumpang dalam pelayaran pulang ke negara mereka tenggelam dengan 540 penumpang tewas.
Lalu bagaimana dengan Imam Masjid Jepang orang Jepang sejak dulu hingga sekarang?
"Dulu, kalau sejarah, saya tak tahu. Tapi kalau sekarang saya rasa mungkin tak ada orang Jepang yang jadi Imam Masjid ya. Saya pun sebenarnya tak mau disebut Imam masjid, hanya menjalankan tugas saja kalau sholat bersama ya saya pimpin bersama agar sholatnya semakin nikmat bersama-sama," ungkap Sheikh Abdullah Taqy Takazawa atau Taku Takazawa (44), orang Jepang yang jadi Imam Masjid Jepang, biasa dipanggil Taqy, khusus kepada Tribunnews.com kemarin, Minggu (21/2/2016).
Dalam catatan sejarah Islam di Jepang, ada dua orang muslim Jepang yang cukup besar namanya menjadi Imam Masjid yaitu Kotaro Takaoka yang memeluk Islam pada tahun 1909 dan mengambil nama Omar Yamaoka setelah menunaikan haji di Mekah.
Kemudian satu lagi Bunpachiro Ariga yang pada masa yang lebih kurang sama telah pergi ke India untuk berdagang dan kemudian memeluk Islam di bawah pengaruh orang-orang Muslim di sana.
Kemudian memiliki nama sebagai muslim, Ahmad Ariga.
Kemudian muncul pula Torajiro Yamada dari tahun 1892 menjadi pedagang 20 tahu di Istanbul serta sekaligus sebagai Konsul Jepang tidak resmi karena hubungan diplomatik belum ada saat itu.