Sabtu, 6 September 2025

Wabah Difteri

Jenguk Pasien Difteri di RSPI Sulianti Saroso, 33 Pasien, 22 Diantaranya Anak-anak

Nila mendapati, bahwa rata-rata pasien anak-anak merupakan anak yang tidak mendapatkan imunisasi.

Editor: Johnson Simanjuntak
Fransiskus Adhiyuda/Tribunnews.com
Menteri Kesehatan Nila Moeloek 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengunjungi pasien penyakit difteri di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, Tj. Priok, Jakarta Utara, Senin (11/12/2017).

Usai menjenguk, Menkes Nila menyebut ada 33 pasien yang dirawat karena diduga menderita penyakit difteri.

"Yang dirawat di ruang isolasi RS Suranti Saroso ini, ada 33 pasien. Jadi memang dicurigai secara klinis bahwa difteri," kata Nila Moeloek.

Ia menjelaskan, bahwa 33 orang pasien tersebut sebanyak 22 orang merupakan anak-anak dan 11 orang lainnya merupakan dewasa.

Bahkan, dari total 33 pasien tersebut, kata Nila, merupakan rujukan dari berbagai wilayah seperti Depok, Bogor, Bekasi dan Tangerang.

"33 orang ini masih dalam pemeriksaan laboratorium, tapi kita sedanh mengobati apakah dia sebagai penderita difteri dan diisolasi," kata Nila.

Baca: Fahri Hamzah Sebut Setya Novanto Kirim 7 Surat ke Pimpinan DPR

Saat kunjungannya, Nila juga sempat bertanya kepada orang tua pasien anak-anak apakah anaknya mendapatkan imunisasi.

Pasalnya, anak-anak yanhg dirawat merupakan pasien berumur 1-4 tahun.

Nila mendapati, bahwa rata-rata pasien anak-anak merupakan anak yang tidak mendapatkan imunisasi.

"Antibodinya 60 persenan. Sedangkan anak yang lebih tua, itu lebih tinggi."

"Jadi artinya, selama kurun waktu kurang-lebih 4-5 tahun ini, memang terbukti anak yang tadi kita tanyakan kepada ibunya, 'Anaknya diimunisasi nggak Bu?', 'Nggak', jawabnya. Jadi kenapa, tentu alasannya bisa dia buat, takut panaslah, segala macam, macam-macam takutnya," ujar Nila.

Sementara, Nila juga menjelaskan terkait 11 pasien dewasa yang terkena penyakit difteri.

"Jadi yang 11 ini yang dewasa, mereka mendapatkannya kebetulan daya tahan tubuhnya turun. Tapi kalau kita lihat, pemberian diferti ini di Indonesia baru start di tahun 1977, jadi umur-umur saya tidak pernah dapat DPT, jadi ada kemungkian saya bisa kena kalau ada terkena/orang yang beresiko," katanya.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan