Senin, 8 September 2025

Alasan Novel Baswedan Pesimis Tim Gabungan Bentukan Kapolri Bakal Ungkap Kasusnya

"Poinnya adalah, saya sempat mempertanyakan atau bisa dikatakan saya pesimis tim ini akan bekerja benar," ujar Novel Baswedan

Tribunnews/JEPRIMA
Penyidik KPK Novel Baswedan saat menjadi saksi pada sidang perkara perintangan penyidikan terhadap Eddy Sindoro dengan terdakwa advokat Lucas di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Kamis (10/1/2019). Dalam perkara ini, KPK mendakwa Lucas menghalangi proses penyidikan KPK terhadap tersangka mantan petinggi Lippo Group, Eddy Sindoro. KPK mendakwa Lucas menyarankan Eddy tidak kembali ke Indonesia. Hal itu dilakukan supaya Eddy tidak diproses secara hukum oleh KPK. (Tribunnews/Jeprima) 

Pesimis Kasusnya Bisa Terungkap, Ini Alasan Novel Baswedan

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyidik senior KPK, Novel Baswedan mengaku pesimis tim gabungan bentukan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dapat mengungkap kasus penyerangan yang dialaminya.

"Poinnya adalah, saya sempat mempertanyakan atau bisa dikatakan saya pesimis tim ini akan bekerja benar," ujar Novel Baswedan di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (26/1/2019).

Baca: 6 Fakta dan Tanggapan soal Tim Gabungan Kasus Novel Baswedan, Mulai sang Istri hingga Jokowi

Alasan pesimisme Novel Baswedan terkait pengusutan kasus penyiraman air keras lebih dikarenakan anggota dari tim gabungan itu sendiri.

Novel Baswedan melihat para penyidik yang tergabung dalam tim baru itu masih merupakan anggota lama di tim terdahulu yang tidak bisa mengungkap kasusnya.

"Logikanya sederhana, karena tim ini kalau tidak salah dalam dasar pembentukannya merupakan rekomendasi dari Komnas HAM. Tim ini isinya diantaranya penyidik sebelumnya," kata Novel Baswedan.

Selain itu, kata Novel Baswedan, dalam rekomendasi Komnas HAM disinggung bahwa para penyidik sebelumnya melakukan abuse of process.

Bahkan, penyidik disebutnya seperti tidak tertarik pada temuan Komnas HAM.

"Dan rekomendasi Komnas HAM apa yang dilakukan penyidik sebelumnya itu abuse of process lalu pertanyaannya tim ini memeriksa apa? Itu agak janggal," kata Novel Baswedan.

"Tim ini akan memeriksa saya, ini saya lihat sebagai kejanggalan baru. Tim ini ingin berpijak dimulai dari diri saya. Aneh, seperti tidak tertarik dengan hasil temuan Komnas HAM. Saya susah untuk berupaya menggunakan akal logika saya," imbuh Novel Baswedan.

Novel Baswedan menilai seperti ada upaya untuk tidak mau mengungkap kasus ini, karena serangan tidak terjadi pada tempat tersembunyi dan polisi tidak mengambil CCTV di lokasi.

Atas dasar itu, Novel Baswedan menduga ada upaya menghilangkan alat bukti, sehingga kasus penyerangan terhadap dirinya tidak akan pernah terungkap.

Baca: Kasus Novel Dikaitkan dengan Politik, Asep Iwan Iriawan: Ranah Hukum Tak Boleh Dibawa ke Pilpres

"Kenapa sih tidak mau diungkap? ini serangan tidak terjadi pada tempat tersembunyi. CCTV tidak diambil polisi, dua minggu sebelumnya ada perampokan dan polisi mengambil CCTV tersebut dan menemukan pelaku. Artinya polisi atau penyidik Polri yang bertugas mestinya tahu ada CCTV, tapi untuk kasus saya mereka tidak mengambil," kata Novel Baswedan.

"Sidik jari, belakangan ini saya ketahui sudah tidak ada. Bukti elektronik malah hilang. Sebagai orang yang punya nalar saya berfikir apa yang saya ketahui dari sisi yang lain digunakan untuk pembuktian, kemungkinan kedua bukti-bukti lain dihilangkan dengan sempurna," tutur Novel Baswedan.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan