Pilpres 2019
Sudirman Said Ungkap Pertemuan Rahasia Jokowi dengan Bos Besar Freeport
Mantan Menteri ESDM Sudirman Said mengungkapkan adanya pertemuan rahasia antara Jokowi dengan Presiden Freeport McMoran Inc, James R Moffet.
Penulis:
Taufik Ismail
Editor:
Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, ,Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri ESDM Sudirman Said mengungkapkan adanya pertemuan antara Jokowi dengan Presiden Freeport McMoran Inc, James R Moffet di Indonesia.
Pertemuan rahasia tersebut menjadi cikal bakal keluarnya surat tertanggal 7 Oktober 2015 dengan nomor 7522/13/MEM/2015 yang berisi perpanjangan kegiatan operasi freeport di Indonesia.
Selama ini, Sudirman Said mengaku dituding sebagai orang yang memperpanjang izin tersebut.
"Mengenai surat, tanggal 7 oktober 2015, jadi surat itu menjadi penguatan publik, saya seolah-olah memberi perpanjangan izin, itu persepsi publik," kata Sudirman Said dalam acara diskusi peluncuran buku 'Satu Dekade Nasionalisme Pertambangan', di Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, (20//2/2019).
Baca: Jokowi Bantah Bertemu Diam-diam dengan Bos Freeport
Sudirman Said yang kini menjadi Tim sukses Prabowo tersebut kemudian menceritakan kronologis pertemuan antara Jokowi dan Bos Besar Freeport itu.
Sehari sebelum diterbitkannya surat perpanjangan yakni pada 6 Oktober 2015, ia ditelpon ajudan presiden untuk datang ke istana.
Namun, dalam sambungan telepon tersebut ia tidak diberitahu tujuan Jokowi memanggilnya itu.
"Kira-kira jam 8.30 WIB, saya datang dari rumah, duduk sekitar 5, 10 menit, langsung masuk ke ruang kerja pak presiden," kata Sudirman Said.
Namun, anehnya sebelum masuk ke ruang kerja presiden, ia dibisiki ajudan presiden untuk menganggap bahwa pertemuan tersebut tidak ada.
Baca: Jokowi Bantah Bertemu Diam-diam dengan Bos Freeport
"Sebelum masuk ke ruang kerja, saya dibisiki Aspri, 'pak menteri pertemuan ini tidak ada'. Saya ungkap ini karena ini hak publik untuk mengetahui di balik keputusan ini. Jadi bahkan Setneg tidak tahu, Setkab tidak tahu," kata Sudirman Said.
Sudirman Said mengaku kaget begitu masuk ke ruang kerja presiden, sudah ada James Moffet.
Dalam pertemuan tersebut tidak ada pembicaraan panjang lebar.
Jokowi hanya memerintahkan membuat surat atau dokumen perpanjangan kontrak freeport di Indonesia.
Baca: BPN Kritisi Undangan untuk Menteri, Bawaslu dan KPU Jelaskan Alasannya
"Tidak panjang lebar, presiden hanya katakan, tolong siapkan surat, seperti yang dibutuhkan. Kira-kira, kita ini ingin menjaga kelangsungan investasi lah. Nanti dibicarakan setelah pertemuan ini. Saya jawab 'baik pak pres', maka keluarlah saya bersama James Mofet ke suatu tempat. Freeport Indonesia juga tidak tahu Mofet itu ke Indonesia," katanya.
Sudirman Said mengaku Mofet kemudian menyodorkan draft perpanjangan kerjasama kepadanya.
Setelah membacanya ia kemudian mengatakan kepada Moffet bahwa draft tersebut tidak sesuai.
"Kalau saya ikuti draftmu, maka akan ada preseden negara didikte korporasi. Saya tidak lakukan itu. You tell me what have been discussed with president, dan saya akan buat draft yang lindungi kepentingan republik," katanya.
Sekitar pukul 15.00 WIB, ia kemudian balik lagi ke kantor ESDM.
Sudirman Said mengaku langsung mengumpulkan Sekjen, biro hukum, dan bidang terkait untuk membuat draft surat perpanjangan kontrak.
Baca: Jokowi Bantah Bertemu Diam-diam dengan Bos Freeport
Setelah rapat, draft yang dibuatnya kemudian dinyatakan clear.
"Namun saat itu belum saya tandatangani," katanya.
Sudirman mengatakan draft tersebut kemudian ia serahkan kepada presiden.
"Bapak ibu mau tahu apa yang dikatakan presiden. Begini saja sudah mau, kalau mau lebih kuat, yang diberi saja (Mofet),” katanya.
Karena itu, menurut Sudirman Said surat perpanjang kontrak Freeport di Indonesia itu bukan atas inisiatifnya melainkan atas inisiatif presiden.
"Saya katakan surat itu perkuat posisi mereka, lemahkan posisi kita. Jadi kalau saya disalahkan karena posisi negara semakin lemah, maka salahkanlah yang menyuruh surat itu," kata Sudirman Said.
Jokowi Bantah
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjawab tudingan yang dilontarkan mantan Menteri ESDM Sudirman Said.
Sudirman Said menyebut Jokowi telah melakukan pertemuan dengan Presiden Freeport McMoran Inc, James R Moffet di Indonesia.
Pertemuan tersebut disebut Sudirman Said yang saat ini menjadi Tim Sukses Prabowo-Sandi, menjadi cikal bakal keluarnya surat tertanggal 7 Oktober 2015 dengan nomor 7522/13/MEM/2015 yang berisi perpanjangan kegiatan operasi Freeport di Indonesia.
Menurut Jokowi, pertemuan dengan bos Freeport tersebut tidak dilakukan secara diam-diam seperti yang dikatakan Sudirman Said, bahkan pertemuan ini dilakukan berkali-kali dengan tujuan menjadi pemegang saham mayoritas Freeport.
"Enggak sekali dua kali ketemu, diam-diam bagaimana? Pertemuan bolak-balik," ujar Jokowi di Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (20/2/2019) malam.
Baca: Ketika Sudirman Said Tiba-tiba Menuding Jokowi Pernah Adakan Pertemuan Rahasia dengan Bos Freeport
Jokowi mengakui dalam pertemuan tersebut memang pihak Freeport meminta perpanjangan kegiatan operasi, tetapi saat itu ditegaskan bahwa pemerintah akan mengambil saham Freeport menjadi mayoritas.
"Ya perpanjangan, dia minta perpanjangan tapi sejak awal saya sampaikan, bahwa kita miliki keinginan itu (menguasai 51 persen saham Freeport)," ujar Jokowi.
Capres nomor urut 01 itu pun menilai pertemuan Presiden dengan pengusaha termasuk bos Freeport adalah hal yang biasa dan tidak dilarang.
"Ketemu dengan pengusaha ya biasa saja, ketemu konglomerat biasa saja, ketemu yang sekarang (bos Freeport) biasa saja, ngapain saya," papar Jokowi.
Sebelumnya, Sudirman Said mengungkapkan adanya pertemuan rahasia antara Jokowi dengan James R. Moffet di Indonesia.
Pertemuan rahasia tersebut menjadi cikal bakal keluarnya surat tertanggal 7 Oktober 2015 dengan nomor 7522/13/MEM/2015 yang berisi perpanjangan kegiatan operasi freeport di Indonesia.
Selama ini, ia sering dituding sebagai orang yang memperpanjang izin tersebut.
"Mengenai surat, tanggal 7 oktober 2015, jadi surat itu menjadi penguatan publik, saya seolah olah memberi perpanjangan izin, itu persepsi publik," kata Sudirman Said dalam acara diskusi peluncuran buku 'Satu Dekade Nasionalisme Pertambangan', di Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Baca: Jokowi Bantah Bertemu Diam-diam dengan Bos Freeport
Sudirman Said kemudian menceritakan kronologis pertemuan antara Jokowi dan Bos Besar Freeport itu.
Sehari sebelum diterbitkannya surat perpanjangan yakni pada 6 Oktober 2015, ia ditelepon ajudan presiden untuk datang ke istana.
Namun dalam sambungan telepon tersebut ia tidak diberitahu tujuan Jokowi memanggilnya itu.
"Kira-kira jam 08.30 Wib, saya datang dari rumah, duduk sekitar 5 sampai 10 menit, langsung masuk ke ruang kerja pak presiden," katanya.
Namun anehnya sebelum masuk ke ruang kerja presiden, ia dibisiki oleh ajudan presiden untuk menganggap bahwa pertemuan tersebut tidak ada.
"Sebelum masuk ke ruang kerja, saya dibisiki oleh Aspri, 'pak menteri pertemuan ini tidak ada'. Saya ungkap ini karena ini hak publik untuk mengetahui di balik keputusan ini. Jadi bahkan Setneg tidak tahu, Setkab tidak tahu," katanya.
Sudirman Said mengaku kaget begitu masuk ke ruang kerja presiden, sudah ada James Moffet.
Dalam pertemuan tersebut tidak ada pembicaraan panjang lebar. Jokowi hanya memerintahkan membuat surat atau dokumen perpanjangan kontrak Freeport di Indonesia.
"Dan tidak panjang lebar, presiden hanya katakan, tolong siapkan surat, seperti yang dibutuhkan. Kira-kira, kita ini ingin menjaga kelangsungan investasi lah. Nanti dibicarakan setelah pertemuan ini. Saya jawab 'baik pak pres', maka keluarlah saya bersama James Moffet ke suatu tempat. Freeport Indonesia juga tidak tahu Moffet itu ke Indonesia," katanya.