Rabu, 27 Agustus 2025

Analis: Ada Peluang Indosat dan XL Cetak Pendapatan Baru Jika Tarif Baru Interkoneksi Disepakati

Jika tarif baru interkoneksi terwujud, PT Indosat Ooredoo Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) berpotensi mendapatkan keuntungan.

Editor: Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kementerian Komunikasi dan Informatika kembali menunda rencana penurunan tarif interkoneksi rata-rata sebesar 26%.

Langkah ini demi mencari biaya interkoneksi yang dianggap adil bagi semua pihak.

Berdasarkan surat Kementerian Komunikasi dan Informatika Nomor S-1668/M.KOMINFO/PI.02.04/11/2016 tertanggal 2 November 2016, pembahasan tarif interkoneksi ditunda hingga tiga bulan ke depan, terhitung mulai 2 November 2016 lalu.

Analis BCA Sekuritas Aditya Eka Prakasa menilai, jika tarif baru interkoneksi terwujud, PT Indosat Ooredoo Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) berpotensi mendapatkan keuntungan.

Sebab, kedua emiten ini belum banyak menciptakan pasar di luar Jawa. Hal itu berbeda dengan PT Telkomsel, yang sudah menguasai pangsa 85%.

Meski demikian, menurut Aditya, bila kelak tarif baru interkoneksi ditetapkan, dampak ke TLKM justru tidak terlalu besar. Pasalnya, pendapatan bisnis interkoneksi mereka kian menurun sejak beberapa tahun terakhir.

“Kami memproyeksikan, ke depan, pendapatan dan cost untuk interkoneksi terus turun karena pelanggan cenderung beralih ke free call dan chatting,” kata Aditya.

Aditya mencatat, pendapatan interkoneksi secara bertahap turun diikuti biaya interkoneksi yang lebih rendah setiap tahun. Pada 2013, TLKM meraih pendapatan interkoneksi Rp 4,84 triliun.

Di 2017, dia memprediksikan, pendapatan tersebut menyusut jadi Rp 4,05 triliun. Adapun pendapatan EXCL dari interkoneksi yang pada 2013 senilai Rp 3,03 triliun, diperkirakan turun menjadi Rp 2,02 triliun di 2017.

Sedangkan ISAT yang meraup Rp 2,43 dari interkoneksi pada 2013 ditaksir hanya akan meraup penghasilan sebesar Rp 1,50 triliun di 2017.

"Kami melihat hal ini sebagai ancaman jangka pendek untuk TLKM. Sebab, berbagi jaringan pada kenyataannya tidak begitu mudah diterapkan,” ungkap Aditya.

Bisnis data

Di luar interkoneksi, Aditya menilai, TLKM bisa menjadi pilihan karena mampu mempertahankan harga premium, bahkan di tengah perang harga. Mereka cukup mampu memonetisasi bisnis datanya.

“Balance sheet TLKM juga lebih sehat ketimbang pesaingnya. Dengan begitu, TLKM berada di posisi strategis untuk ekspansi,” tutur dia.

Analis Mega Capital Leo Teo juga berpendapat, dalam kondisi pasar dengan volatilitas tinggi seperti sekarang, saham defensif seperti TLKM layak untuk dikoleksi.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan