Sabtu, 6 September 2025

Resesi Ekonomi

Resesi di Depan Mata, Bagaimana Nasib UMKM?

resesi di depan mata, bagaimana nasib UMKM sebagai penyumbang 60 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dan 97 persen tenaga kerja?

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
ilustrasi: Pengunjung melihat-lihat cinderamat khas Jawa Barat yang dipajang di Kerajinan dan Kuliner Jawa Barat (Kerabat) Store di Gedung Dekranasda Jawa Barat, Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung, Rabu (23/9/2020). Kerabat Store Dekranasda Jabar akan menjadi ruang pengembangan kreativitas sekaligus sebagai pusat penjualan dan pemasaran kerajinan dan kuliner khas Jawa Barat bagi pelaku UMKM di 27 kota/kabupaten. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

Untuk membantu geliat UMKM yang kemungkinan akan tertekan akibat resesi ekonomi yang melanda, Bhima menyarankan, Bantuan Langsung Tunai (BLT) ke UMKM ditambah karena nominalnya masih terlalu kecil, dan harus diawasi dengan ketat.

"Apa ada jaminan uang digunakan untuk menambah modal kerja si pengusaha UMKM? Belum tentu," ujar Bhima.

Menurut Bhima, mekanisme pengawasan yang lemah membuat stimulus BLT ke UMKM menjadi kurang efektif.

Kemudian selain diberi BLT idealnya, UMKM juga diberikan pendampingan khususnya untuk go digital.

Bhima membeberkan, saat ini baru ada 13 persen UMKM yang tergabung dalam platform digital, jadi butuh bimbingan, pendampingan dari pemerintah pusat dan daerah.

"Idealnya disinergikan antara BLT dan pendampingan karena penerimanya target yang sama," katanya.

Diketahui, melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), pemerintah memberikan dukungan pada dunia usaha.

Salah satunya, dukungan fiskal untuk mendukung usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) melalui stimulus kredit UMKM.

Sebagai dukungan bagi UMKM, pemerintah memberikan subsidi bunga dengan alokasi dana mencapai Rp 34,15 triliun.

Selain itu, pemerintah juga akan memberikan insentif perpajakan dengan total nilai Rp 28,06 triliun.

PHK Massal

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi, perekonomian nasional akan memasuki masa resesi di akhir September 2020 ini.

Bendahara Negara itu mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III mendatang bakal berada di kisaran -2,9 persen hingga -1,1 persen.

Jika proyeksi tersebut terjadi, maka ekonomi Indonesia masuk dalam definisi resesi secara teknis. Yakni, pertumbuhan ekonomi negatif dalam dua kuartal berturut-turut. Sebab pada kuartal II yang lalu, Indonesia telah mencatatkan pertumbuhan ekonomi minus 5,32 persen.

ekonom Indef Bhima Yudhistira, mengatakan resesi ekonomi secara resmi baru akan diumumkan pada 5 november sesuai jadwal dari Badan Pusat Statistik yang mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal ke III.

Baca: Marwan: Resesi Bukan Akhir dari Segalanya, Kita Bangsa yang Punya Optimisme

Baca: Hadapi Resesi, Muhammadiyah Minta Pemerintah Terus Salurkan BLT untuk Rakyat Kecil

Halaman
1234
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan