Rabu, 17 September 2025

Startup Arutala Akselerasi Penerapan Metaverse Lewat Pelatihan Nakes Hingga Industri Pertambangan

Di Indonesia, pakar menyebut Indonesia berpeluang menjalankan metaverse pada 3-4 tahun ke depan.

Editor: Sanusi
ist
Ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak CEO Facebook, Mark Zuckerberg, mengubah nama perusahaannya menjadi Meta Platforms Inc., atau disingkat Meta pada akhir Oktober 2021 lalu, istilah "Metaverse" mulai ramai diperbincangkan.

Teknologi perpaduan VR (Virtual Reality), AR (Augmented Reality) dan MR (Mix Reality) ini memungkinkan manusia untuk bisa merasakan sensasi berinteraksi di dunia maya layaknya di dunia nyata.

Di Indonesia, pakar menyebut Indonesia berpeluang menjalankan metaverse pada 3-4 tahun ke depan. Pemerintah melalui Kemenkominfo juga mendukung kemajuan teknologi ini.

Baca juga: Memanfaatkan Fenomena Metaverse, 3 Strategi Menjangkau Konsumen Ini Bisa Dimaksimalkan

Sejalan dengan perkembangan Metaverse, perusahaan rintisan berbasis teknologi VR dan AR, Arutala, berkomitmen untuk terus berinovasi dan mempercepat sekaligus memperluas implementasi metaverse di Indonesia.

Sepanjang tahun 2021, Arutala berfokus pada kolaborasi VR dan AR di industri teknologi kesehatan, pertambangan dan alat berat.

Baca juga: Ada Metaverse dan Influencer, Simak 4 Tren Digital Marketing Tahun 2022

Perusahaan yang berkantor pusat di Yogyakarta ini telah berhasil mengembangkan produk-produk inovatif bagi berbagai perusahaan di dalam maupun luar negeri.

CEO Arutala Indra Haryadi, mengatakan nilai yang dikembangkan Arutala adalah teknologi dapat memberikan solusi di berbagai lini sektor kehidupan, seperti pelatihan yang bersifat high risk dan high cost.

"Setelah melakukan riset dan mengamati pola kebutuhan klien, kami berkesimpulan pelatihan yang paling relevan dengan tantangan tersebut adalah di bidang medical dan engineering base. Dengan menciptakan ruang baru melalui teknologi VR dan AR, kita dapat menekan angka risiko dan biaya di pelatihan pada kedua sektor tersebut untuk mencapai hasil yang optimal. Sektor kesehatan sendiri berisiko tinggi bagi pelatihan nakes (tenaga kesehatan) sejak pandemi Covid-19," ungkap Indra, Senin (4/1/2022).

Baca juga: 4 Cara Berinvestasi Lewat Metaverse yang Banyak Dilirik Investor

Kendala pelatihan calon nakes saat pandemi adalah memandikan pasien secara langsung di rumah sakit akibat risiko penularan Covid-19.

Dengan menggunakan VR, risiko penularan dapat ditekan karena pelatihan tidak harus dilakukan di rumah sakit.

"Alih-alih harus pergi ke rumah sakit, kami hadirkan rumah sakit kepada para nakes untuk kemudahan praktikum. Tentu hal ini juga dapat meningkatkan efisiensi pelatihan melalui apa yang kita sebut teknologi VR dan AR," jelasnya.

Hingga saat ini, Arutala menawarkan beberapa servis unggulan di antaranya VR, AR, MR, PC Simulator, hingga 360° Video.

Startup yang didirikan pada tahun 2019 ini juga telah memiliki tujuh mitra institusi pendidikan dari tingkat SMK hingga perguruan tinggi dan lebih dari 25 pengembangan produk.

Tak hanya itu, pada tahun 2020 Arutala resmi bergabung dalam program Oculus Independent Software Vendor (ISV).

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan