Wakil Menteri Perdagangan: Dukung UMKM dengan Percepat Ekosistem Digital
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga akan terus mendorong program digitalisasi dalam sistem perdagangan.
Editor:
Muhammad Zulfikar
Misalnya contoh, mau jual barang sekian banyak untuk 1 -2 hari ada, tapi untuk selanjutnya bulan kedepan, bulan-bulan kedepan agak sulit terkendala. Padahal mungkin permintannya banyak.
Mungkin salah satu yang menjadi tantangan ya, sehingga kita juga harus melihat ini sebagai salah satu, kita mesti optimalkan dari sisi kuantitas. Karena kalau kita bicara perdagangan itu kan kuantitas, kualitas dan kontinuitas.
Jadi artinya tidak cukup hanya sekali tetapi sering, harus terus menerus diupayakan supaya barangnya itu bisa tetap ada dan jual.
Nah, ini yang kadang kala di paltform digital mereka maunya cepat, ini kan sangat perputarannya boleh saya bilang aktifitasnya ini tidak terbatas oleh waktu. Misalanya, dimanapun bisa dibeli. Nah tergantung dari bagaimana kecepatan dan kesiapqn dari pada pelaku pedagang kita untuk bisa mengantisiapasi hal tersebut.
Nah ini tantangan lah. Saya pikir ini sudah banyak hal-hal yang sudah dilakukan oleh pelaku UMKM kita dan menunjukan banyak kemajuan. Terbukti dengan banyaknya pelatihan dan pendampingan yang kita lakukan.
Kami di Kemendag, secara rutin kita disana ada namanya pusat pendidikan pelatihan ekspor Indonesia, itu banyak planing dan juga pelatihan yang diberikan oleh Kemendag melalui balai tersebut yang diperuntukan untuk para pelaku langsung.
Tetapi selain dari itu, kita juga ada ekspor keliling di beberapa kota, dan kami juga punya FTA Center, yang fungsinya itu memberikan banyak pemahanan dan sosialisasi hasil-hasil dari perundingan perjanjian dagang yang banyak keuntungan untuk para pelaku pegadang UMKM.
Baca juga: Wamendag Tegaskan Kontinuitas Aspek Penting Jaga Persaingan Perdagangan Global
Banyak sekali yang kami sinergikan dan kami kontribusikan untuk kemajuan UMKM di daerah-daerah. Dan ini menjadi cikal bakal pilar bagi para pelaku UMKM kita khususnya dalam rangka untuk memajukan kekuatan produk-produk Indonesia.
Beberapa waktu lalu kita melakukan dialog dengan Pak Hartono Susanto, CEO Inakor di Korea Selatan. Salah satu diaspora kita yang banyak membantu UMKM kita di Korsel. Beliau bilang banyak produk Indonesia nggak masuk ke Korsel, seperti telor asin, ayam tidak bisa masuk.
Apa yang perlu kita lakukan agar barang kita bisa masuk, seperti juga produk-produk tetangga-tetangga kita yang bisa masuk ke Korsel, Malaysia, Singapura. Karena warga kita disana cukup banyak, banyak warga negara yang barang kali bisa mengkonsumsi juga bisa memasarkan produk kita?
Jadi kebetulan memang setiap negara memiliki ketentuan yang berbeda. Saya musti cek dulu yang di Korsel seperti apa, tekait dengan telur asin. Saya mesti cek. Kebetulan kita punya perwakilan di Korsel.
Pada prinsipnya memang karena setiap negara ketentuan berbeda, memang contoh misalnya faktor sertifikasi dan juga higenitas. Karena banyak negara tidak hanya Korsel, di Tiongkok kan kita salah satu eksportir sarang burung, ter-the best di dunia. Tapi ada kendala untuk ekpor kesana karena mereka menerapkan sertifikasi yang agak sedikit komplek atau agak sedikit rumit. Sehingga eksportir sarang burung wallet ini bisa diekspor kesana.
Ini berkiatan memang tidak hanya soal sterilisasi dan juga sertifikasi, tapi juga bea cukainya. Jadi dalam contoh China. Kalau Korsel nanti saya pastikan dulu karena saya juga harus memastikan cas nya. Karena yang saya harus pahami karena ketentuan-ketentuan dari negara itu tidak terlalu sama.
Baca juga: Tahun 2030, Wamendag Proyeksikan 30 Juta UMKM Onboarding ke Ekosistem Digital
Maka berkaitan lebih kepada standarisasi produk. Misalnya di Singapura, tidak semua bahan makanan pangan mereka bisa side dari Indonesia atau negara lain. Karena beda bahan baku, beda pangannya, beda produknya, beda juga standar penilainannya.
Nah ini mungkin menjadi salah satu tantantangan. Tapi Kemendag sebagai salah satu ujung tombak kita, kita punya perwakilan dagang, kita punya di 46 perwakilan diseluruh dunia. Pejabat atase perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) ini terletak diseluruh kota-kota stategis yang bukan Ibukota. Sebagai contoh kalau Jepang ada di Osaka, kalau Amerika itu di Chicago.
Mereka-meraka ini lah yang menjadi ujung tombak melakukan bisnis maping dan menjawab tantangan-tantangan dan isu-isu yang ada seperti disebutkan tadi.
Kalau memang tidak terpetakan kita akan coba followup melalui perwakilan kita yang ada. (tribun network/yuda).