Sabtu, 6 September 2025

Harga Beras Melonjak

Menjelang Ramadan Harga Beras Semakin Melonjak, Pemerintah Berencana Impor Lagi

Berdasarkan data PIHPS Nasional pada hari ini, beras medium naik 0,85 persen menjadi Rp 11.900 per kilogram.

Tribunnews/Herudin
Suasana aktivitas pekerja mengangkut beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga beras semua jenis mengalami kenaikan menjelang Ramadan 2023.

Mengutip data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (SP2KP Kemendag) pada Minggu (19/3/2023), beras medium naik 0,85 persen menjadi Rp 11.900 per kilogram.

Sedangkan untuk beras premium naik 0,74 persen menjadi Rp 13.700 per kilogram.

Baca juga: Harga Cabai hingga Beras Naik, IKAPPI: Pemerintah Tak Punya Upaya Serius Turunkan Harga Komoditas

Sedangkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional juga mencatat adanya kenaikan harga pada beberapa jenis beras.

Beras kualitas bawah II mengalami kenaikan harga sebesar Rp 50. Kini, per kilogramnya dibanderol sebesar Rp 11.750. Untuk kualitas bawah I stabil di Rp 12.100 per kilogram.

Harga beras kualitas medium kompak naik. Medium I naik Rp 100, menjadi Rp 13.300 per kilogram. Lalu, medium II memilki kenaikan serupa, menjadi Rp 13.150 per kilogram.

Kemudian, harga beras kualitas super I juga turut alami kenaikan. Setelah naik Rp 50, kini harganya Rp 14.700 per kilogram. Berbeda dengan super II yang naiknya lebih tinggi, yaitu Rp 100. Saat ini harganya Rp 14.200 per kilogram.

Berencana Impor Beras Lagi

Sebagai informasi, dikutip dari Kompas.com, pemerintah kembali membuka opsi untuk melakukan impor beras sebesar 500.000 ton. Alasannya, untuk menjaga ketersediaan stok dan stabilitas harga beras di pasar.

Hal tersebut disampaikan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (15/3/2023).

Menurut Zulhas, saat ini stok beras di Bulog sekitar 300.000 ton.

"Beras ini, kemarin dipimpin presiden, kapanpun diperlukan kita bisa masuk lagi (impor) 500.000 ton, karena stok Bulog yang 1,2 juta, sekarang kalau enggak salah tinggal 300.000-an," kata Zulkifli.

Dia mengatakan, pemerintah tak memiliki pilihan lain dalam menjaga ketersediaan beras selain melakukan impor beras.

"Walaupun berat, saya ini sebenarnya enggak setuju impor-impor itu, tapi tidak ada pilihan. Kemarin diputuskan kembali 500.000 ton, tapi (kita lihat) kapan diperlukan, karena sekarang lagi panen raya," ujarnya.

Ia juga memastikan impor beras tidak akan dilakukan dalam waktu dekat mengingat saat ini masih periode panen raya.

Baca juga: RIncian Harga Eceran Tertinggi Beras Medium dan Premium oleh Pemerintah Berdasar Zonasi

Zulhas mengatakan, opsi impor beras tetap disiapkan guna mengantisipasi ketersediaan beras pemerintah.

"Belum sekarang ini (impor beras) kan lagi panen raya enggak mungkin, tapi kalau kita enggak beli nanti enggak ada (stok) gimana?," tuturnya.

Belum Ada Keputusan

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo menegaskan hingga saat ini pemerintah belum mengambil keputusan terkait opsi impor beras tahun ini.

Menurutnya, keputusan impor beras masih menunggu hasil perhitungan oleh kementerian dan lembaga (k/l) terkait usai panen raya.

"Tentu perhitungannya melibatkan saudara kita Kementerian Pertanian, BPS, kita hitung sama-sama, karena selalu ada koreksi," kata Arief saat dijumpai di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (17/3), dikutip dari Kontan.co.id.

Ia menjelaskan bahwa pemerintah perlu menghitungkan kembali terkait hasil panen yang ada, apakah ada penurunan produksi dan apakah hasil panen mencukupi. Beberapa hal itu yang akan menjadi pertimbangan pemerintah dalam memutuskan impor.

Setelah itu, pemerintah akan melakukan Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) dan hasil kesepakatannya akan dilaporkan langsung kepada presiden.

"Jadi sampai hari ini belum ada untuk keputusan impor," ungkap Arief.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso bilang, impor hanya untuk antisipasi jika ada kekurangan stok beras dan stabilisasi harga.

"Bukan berarti kita hobi impor, ini hanya antisipasi saja. Kita lihat dulu perkembangannya," tutur Buwas.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan