Jalan-jalan ke Plaza Semanggi di Akhir Pekan, Pengunjung: Kayak Mal Mati
Vina mengatakan, kesan pertama dia ketika masuk ke Plaza Semanggi adalah mal ini seperti mal mati karena saking sepinya di lantai bawah.
Penulis:
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor:
Sanusi
Adi mengaku bahwa sepinya Plaza Semanggi terjadi sejak shopping online mulai marak di Indonesia. Hal itu diperparah ketika pandemi Covid-19 melanda.
Ia bercerita, dulu sebelum pandemi bisa melayani 30 orang dalam sehari. Sekarang, paling banyak hanya 20 orang, dengan rerata 5 orang setiap harinya.
"Sebelum pandemi lebih ramai. Bisa 30 orang. Sekarang paling 3 sampai 5 orang. Kalau lagi ramai 20 orang. Satu orang bisa 10 paket sendiri," ujar Adi.
Hari-hari Adi lewati hanya seorang diri. Bekerja setiap hari dari Senin hingga Sabtu, ia mengaku hanya memiliki gawai dan komputer di depannya yang menemani dia.
Bahkan, Adi mengaku petugas keamanan juga jarang menyambangi sekelilingnya. Ada satu tempat membuat tato yang buka di seberang tempat Adi bekerja, tetapi itu hanya buka pada saat tertentu.
Untuk membunuh kesepian ini, ia pun memanfaatkan sejumlah fasilitas di sekelilingnya seperti komputer untuk bermain catur.
"Ya paling nyanyi-nyanyi. Main catur di komputer. Kadang shalawatan," kata Adi.
Kesepian yang dirasakan Adi ternyata juga dirasakan oleh pengunjung bernama Vina dan Nurul.
Mahasiswi asal Universitas Negeri Jakarta ini hendak pergi ke bioskop di Plaza Semanggi untuk menonton film Ketika Harus Berhenti Di Sini.
Vina mengatakan, kesan pertama dia ketika masuk ke Plaza Semanggi adalah mal ini seperti mal mati karena saking sepinya di lantai bawah.
"Iya sepi banget. Kan kebetulan kita baru di sini dan kita lihat kok kayak mal mati. Yang di bawah sih, tapi pas ke lantai atas ada orang," katanya.
Baca juga: Pasar di Jakarta yang Mulai Sepi Ditinggal Pembeli, Ada Apa?
Senada dengan Vina, Nurul menyebut hal serupa soal Plaza Semanggi. Meski di lantai-lantai atas sudah mulai ditemukan pengunjung, tetapi menurutnya masih tergolong sepi.
Adapun alasan mereka memilih menonton di bisokop di Plaza Semanggi karena akses transportasi umum yang mudah, yaitu melalui Halte Transjakarta Bendungan Hilir. Lalu, harga tiketnya juga disebut relatif murah.
Apa yang dikatakan kedua mahasiswi tersebut benar adanya. Lantai 4 yang menghubungkan pengunjung dengan eskalator ke lantainya bioskop, tampak lebih ramai dibanding lantai-lantai bawahnya.
Ada beberapa kelompok pengunjung sedang berjalan dari kedua arah, tetapi hal tersebut tak bisa menghilangkan fokus dari banyaknya tempat duduk yang kosong di restoran di sisinya.
Pujasera yang terletak dekat dengan eskalator untuk bioskop ini juga terpantau sepi. Meski diisi oleh restoran cepat saji ternama, tak banyak orang yang makan di pujasera ini.
Investor Uni Emirat Arab Ayedh Dejem Group Berminat Bangun Pusat Perbelanjaan di IKN |
![]() |
---|
Ketika Kulineran Tak Cukup Hanya Makan Enak dan Suasana Nyaman, Tapi Butuh Sentuhan Budaya |
![]() |
---|
Asal Usul Nama Kawasan Mangga Dua Jakarta, yang Disebut Pemerintah AS Pasar Sarang Barang Bajakan |
![]() |
---|
Kesaksian Gubernur Jakarta tentang Kondisi Terbaru Glodok Plaza Lantai 7-9 Pasca Terbakar Hebat |
![]() |
---|
Lima Orang Terjebak di Kebakaran Hebat Glodok Plaza, Sempat Teriak Minta Tolong |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.