Senin, 8 September 2025

Lonjakan Harga Beras Bisa Jadi ‘Bom Waktu’ Bisa Meledak Sewaktu-waktu

Harga beras lainnya hanya akan sedikit mengalami penurunan meski sudah ada gelontoran beras SPHP ke pasar.

Editor: Hendra Gunawan
Warta Kota/YULIANTO
Pekerja mengangkut sekarung beras di Pasar Benhil, Jakarta Selatan 

Oleh karena itu, ia meminta adanya kejujuran dalam menganalisis soal beras ini dan disampaikan ke publik.

Ia juga meminta pemerintah dan aparat penegak hukum agar mengedepankan asas ultimum remedium dalam pengawasan tata niaga beras, yang mana pidana merupakan upaya terakhir.

“Penegakan hukum melalui pidana dikhawatirkan dapat membuat pasokan beras semakin langka di pasar,” ujar Yeka.

Yeka juga membeberkan beberapa penyebab kenaikan harga beras. Pertama, ada soal permasalahan iklim. Ia mengatakan, saat ini memang secara nasional terjadi penurunan produksi padi karena iklim.

Berikutnya, ada juga permasalahan di hulu seperti luas lahan pertanian yang terus menurun. Yeka mengatakan, data Badan Pusat Statistik(BPS) menunjukkan bahwa 200 ribu hektar luas lahan pertanian setiap tahunnya mengalami penurunan.

“Kalau tidak ada inovasi dalam meningatkan intensitas tanaman, ya berarti luas lahan ini justru akan menggerus pencapaian peningkatan produksi pertanian,” katanya.

Yeka mengatakan, persoalan di hulu juga meliputi permasalahan benih serta subsidi pupuk. Sedangkan untuk yang ketiga adalah persoalan di hilir. Ia menyinggung beberapa komponen produksi yang mengalami kenaikan harga.

Diantaranya, sewa lahan, harga BBM, pupuk, dan lain-lain. Lalu, ada soal produksi beras menurun, ketidakpastian/ keterlambatan impor beras, serta pasokan beras yang menjadi tidak terantisipasi.

Jika polemik harga beras ini dibiarkan bisa jadi ‘bom waktu’ yang bisameledak sewaktu-waktu.

Menurut Yeka, berpotensi menimbulkan dampak yang lebih serius. Antara lain, pelayanan publik dapat terganggu, inflasi, meningkatnya angka kemiskinan, serta stabilitas sosial dan keamanan politik menjelang tahun pemilu 2024.

“Oleh karena itu, serius lah dalam menyikapi kenaikan harga ini dan satu suara lah pemerintah dalam mendefinisikan penyebab dari semua ini,” ujar Yeka.

Secara terpisah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menghadiri Festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan, dan Energi EBT (LIKE) di Indonesia Arena, GBK, Jakarta juga mengingatkan untuk berhati-hati dalam menghadapi ancaman perubahan iklim yang sudah mulai dirasakan oleh masyarakat di seluruh dunia.

Dampak dari perubahan iklim tersebut kata Presiden yakni munculnya krisis pangan.

Mulai dari beras, gandum, dan lainnya. Banyak negara sekarang ini sudah mulai menghentikan ekspor pangan ke negara lain.

“Yang biasanya negara-negara itu mengekspor berasnya 19 negara sekarang sudah setop, ngerem ekspornya, tidak diekspor lagi. Sehingga banyak negara yang harga berasnya naik termasuk di Indonesia sedikit naik. Hati hati mengenai hal ini,” katanya.(Tribun Network/daz/fik/wly)

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan