Rabu, 27 Agustus 2025

Anggur Shine Muscat

Anggur Muscat Banjiri Pasar Tapi Warga Takut Membeli

Kepala BPOM Taruna Ikrar menyampaikan pihaknya segera melakukan koordinasi dengan Kementerian Pertanian (Kementan). 

Editor: Hendra Gunawan
Bangkok Post/Prasit Tangprasert
Ilustrasi: Anggur Shine Muscat dijual pedagang di Pasar Therdthai di Distrik Muang, Nakhon Ratchasima, Thailand, Selasa, 29 Oktober 2024. 

“Prosedur ini tidak hanya memastikan keamanan pangan, tetapi juga meminimalisir risiko masuknya OTPK yang bisa berdampak pada kelestarian tanaman lokal dan keseimbangan ekosistem," tambah Sahat.

Sahat melanjutkan bahwa komoditas tumbuhan yang masuk sudah melalui proses Analisis Risiko Organisme Pengganggu Tumbuhan (AROPT) untuk menentukan manajemen risiko yang tepat dalam mencegah masuknya OPTK yang mungkin terbawa pada komoditas. 

Selain itu, penilaian risiko aspek keamanan pangan juga dilakukan dan hasilnya telah diterapkan dalam bentuk pengawasan keamanan pangan segar asal tumbuhan, baik melalui mekanisme rekognisi/pengakuan sistem keamanan pangan negara asal maupun registrasi laboratorium penguji keamanan pangan di negara asal.

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengatakan, pihaknya tengah mengecek keamanan produk Anggur Muscat yang dinilai mengandung residu kimia.  

"Jadi kita ju kira Dirjen hortinya, saya sudah minta, ya kan lagi viral," kata Sudaryono.

Terlebih lagi, Sudaryono mengaku kerap mengonsumsi anggur Muscat tersebut bahkan selalu tersedia di kantornya. "Kita lagi cek. Termasuk aku juga suka makan," ucap Sudaryono.

"Termasuk di ruangan saya, jujur aja aku minum itu, makan itu juga. Nah ini aku cek dulu ya. Yang warna hijau itu kan? Iya, iya," sambungnya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) turut merespons isu anggur Shine Muscat di Thailand dan Malaysia yang diduga terkontminasi residu pestisida. 

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Aji Muhawarman menuturkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Badan Karantina Indonesia dan Kementerian Pertanian sebagai pengawas komoditi pangan segar dari dalam dan luar negeri.

Lebih lanjut ia menuturkan, bahaya residu pestisida untuk kesehatan manusia bahwa tiap jenis pestisida memiliki risiko kesehatan yang berbeda terhadap manusia. 

"Tergantung pada senyawa kimia dalam pestisida tersebut, jumlah asupan (residu yang ada dalam bahan makanan) dan lama paparan," kata dia.

Ia memaparkan, dampak kesehatan akibat paparan pestisida dalam jangka waktu lama dan dosis yang cukup. Pestisida dengan efek sistemik yaitu diserap oleh tanaman dan beredar melalui jaringan tanaman, sehingga residunya dapat bertahan di dalam buah atau bagian tanaman lainnya, bahkan setelah dicuci.

Paparan jangka panjang dengan asupan yang cukup atau jumlah pestisida yang masuk ke tubuh dapat menimbulkan gangguan kesehatan diantaranya gangguan kinerja endokrin dan gangguan fungsi hati dan ginjal.

Pestisida non sistemik atau bekerja di permukaan tanaman, sehingga residunya cenderung menempel di luar dan lebih mudah dihilangkan melalui pencucian, bisa berdampak jangka panjang dengan asupan yang cukup (jumlah pestisida yang masuk ke tubuh) dapat menimbulkan gangguan kesehatan diantaranya gangguan neurologis dan gangguan hormon
Karena itu harus selalu memperhatikan cara mengolah sayur dan buah-buahan. 

Mencuci buah dengan seksama dengan air mengalir atau merendam dengan larutan tertentu, seperti larutan garam atau cuka, untuk mengurangi residu pestisida.

Memilih produk buah yang organik yang tidak menggunakan pestisida, memilih buah yang bisa dikupas untuk dikonsumsi. Serta memeriksa label untuk melihat negara asal dan informasi terkait sertifikasi keamanan pangan yang mungkin memberikan penjelasan tentang kualitas pengelolaan pestisida yang dilakukan oleh perusahaan penghasil buah tersebut.(Tribun Network/ais/bel/rin/wly)

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan