Selasa, 9 September 2025

PHK Massal

Restrukturisasi Global, Microsoft PHK 6.000 Karyawan di Seluruh Unit

Microsoft mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja menargetkan lebih dari 6.000 karyawan, atau tiga persen dari seluruh tenaga kerja global

TRIBUNBATAM.ID
PHK MASAL - ILUSTRASI Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Microsoft mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja menargetkan lebih dari 6.000 karyawan, atau tiga persen dari seluruh tenaga kerja global. 

TRIBUNNEWS.COM – Raksasa teknologi kondang, Microsoft Corporation, mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) massal untuk seluruh unit global, Rabu (14/5/2025).

Dalam keterangan resminya, juru bicara Microsoft, Pete Wootton mengungkapkan, PHK akan digelar dengan menargetkan lebih dari 6.000 karyawan, atau sekitar tiga persen dari seluruh tenaga kerja secara global.

Adapun pada PHK kali ini dilakukan di berbagai wilayah, level karyawan, termasuk unit LinkedIn, sebagai bagian dari upaya penyederhanaan struktur manajemen perusahaan.

"Kami terus menerapkan perubahan organisasi yang diperlukan untuk memposisikan perusahaan dengan sebaik-baiknya agar sukses di pasar yang dinamis," kata Wootton, mengutip dari CNBC International.

“Saya memahami bahwa pemutusan hubungan kerja akan berdampak pada semua level di Microsoft, termasuk LinkedIn milik Microsoft dan beberapa kantor internasional,” ujarnya melanjutkan.

Pemecatan massal ini merupakan yang terbesar di Microsoft sejak perusahaan memberhentikan 10.000 karyawan pada 2023.

Dengan total 228.000 karyawan per Juni 2024, Microsoft memang kerap melakukan PHK secara berkala.

Termasuk memindahkan sumber daya manusia ke sektor-sektor strategis, demi mendukung investasi besar-besaran di bidang kecerdasan buatan (AI).

“Kami terus melakukan penyesuaian organisasi yang diperlukan untuk memposisikan perusahaan agar tetap unggul di tengah dinamika pasar,” ujar perwakilan Microsoft.

Langkah pemangkasan Microsoft cukup mengejutkan, mengingat perusahaan baru saja melaporkan kinerja keuangan yang kuat untuk kuartal I 2025 dengan pendapatan dan laba melampaui ekspektasi pasar.

Menurut laporan analisis, laba bersih Microsoft melonjak 18 persen menjadi 25,8 miliar dolar AS untuk kuartal I 2025.

PHK Bukan Kali Pertama

Baca juga: Microsoft Hentikan Layanan Skype Mulai 5 Mei 2025

Pemecatan seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan Microsoft, sebelumnya pada Januari 2023 silam perusahaan sempat merumahkan 10.000 orang dari tim pengembangan HoloLens dan proyek perangkat keras lainnya.

Penyesuaian struktur organisasi ini dilakukan dengan dalih “evaluasi strategis” di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Pada Juni 2023, Microsoft kembali melakukan pemecatan, tidak diumumkan secara spesifik berapa karyawan yang terdampak.

Namun perusahaan beralasan penyederhanaan tim dan restrukturisasi internal dilakukan untuk efisiensi setelah fase pertumbuhan pesat saat pandemi.

Di Mei 2024 PHK tersebut terjadi lagi. Microsoft memberhentikan 1.900 karyawan Activision Blizzard dan Xbox, usai perusahaan menutup beberapa studio game, termasuk pengembang Hi-Fi Rush Tango Gameworks dan pengembang Redfall Arkane Austin.

Kemudian memasuki bulan Juni 2024, Microsoft memangkas sekitar 1.000 karyawan dari tim HoloLens dan cloud Azure pada Juni 2024.

Terbaru pada Mei 2025, Microsoft juga turut merumahkan sekitar 6.000 orang atau 3 persen dari total tenaga kerja global.

Dengan alasan, mengurangi lapisan manajemen dan menyederhanakan operasi serta ingin memfokuskan bisnis perusahaan untuk mendukung investasi di bidang kecerdasan buatan (AI).

Mengingat dalam beberapa tahun terakhir, Microsoft terus mendapat tekanan untuk menekan biaya seiring dengan tingginya investasi dalam pembangunan pusat data guna mendukung layanan kecerdasan buatan (AI) dan unit cloud-computing Azure.

Microsoft mencatat setidaknya perusahaan akan menghabiskan sekitar 80 miliar dolar AS selama tahun fiskal ini untuk infrastruktur server.

Microsoft Larang Pegawai Gunakan DeepSeek

Terpisah, di tengah gencarnya perkembangan AI Microsoft baru-baru ini mengambil langkah tegas dengan melarang penggunaan aplikasi DeepSeek oleh pegawai perusahaannya.

Keputusan tersebut disampaikan dalam sidang Senat oleh Vice Chairman dan Presiden Microsoft, Brad Smith.

Mengutip Techcrunch, Smith menjelaskan bahwa Microsoft memberlakukan larangan ini atas dasar kekhawatiran terkait keamanan data dan potensi propaganda.

Menurut Microsoft, data yang dihasilkan melalui DeepSeek disimpan di server berlokasi di Tiongkok, sehingga kemungkinan besar aplikasi tersebut tunduk pada hukum serta pengawasan badan intelijen setempat, yang pada akhirnya memungkinkan terjadinya penyalahgunaan informasi.

Selain itu jawaban DeepSeek juga dianggap mengandung propaganda China. Ada juga potensi pengembangan kode yang tidak aman.

(Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan