Hadapi Tekanan Pasar, Industri Asuransi Tetap Agresif Garap Bisnis Unitlink
Di Indonesia, produk unitlink masih memiliki segmen pasar tertentu karena bersifat jangka panjang.
Penulis:
Choirul Arifin
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri asuransi jiwa saat ini menghadapi berbagai tekanan pasar seperti perubahan preferensi masyarakat dan pelemahan daya beli. Namun pelaku industri ini terus mencari terobosan agar tetap membukukan kinerja cemerlang di 2025 ini.
Di bisnis unitlink (produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi atau PAYDI) misalnya, industri asuransi jiwa berupaya mencari terobosan pasar.
Direktur Utama AXA Mandiri Handojo G Kusuma mengatakan, selama tahun 2024 produk unitlink di perusahaannya berkontribusi terhadap 48 persen pendapatan premi perusahaan.
Meskipun pasar unitlink sedang mengalami tekanan, perusahaan tetap menjalankan strategi pemasaran yang adaptif untuk menjaga kinerja produk tersebut.
Baca juga: Daripada Asuransi, DPR Lebih Setuju Pemerintah Maksimalkan BPJS Kesehatan untuk Korban Keracunan MBG
“Kami tetap berupaya menjaga produk unitlink dan masih terus kami pasarkan dengan melihat dari segmen pasar yang berbeda saja,” kata Handojo di sela acara Asuransi Mandiri Ultimate Legacy
di Jakarta, Selasa (20/5/2025).
Handojo mengatakan, saat ini perusahaannya membidik segmen nasabah kaya dengan memaksimalkan perolehan nasabah di segmen ini dari ekosistem Bank Mandiri yang menjadi induk usaha AXA Mandiri melalui produk unitlink dan investment saving.
Untuk memacu perolehan premi, perusahaan juga tetap memasarkan produk asuransi tradisional dan asuransi ritel seperti asuransi kesehatan untuk sejumlah penyakit kritis dan produk endowment. Dengan demikian, perusahaan bisa menyasar banyak segmen nasabah.
Hingga Desember 2024, perusahaan meraih pendapatan premi Rp 11,84 triliun, naik 1,35 persen dari periode yang sama di 2023 sebesar Rp 11,68 triliun.
Untuk mendorong pertumbuhan kinerja di tahun ini, AXA Mandiri fokus pada pertumbuhan di dua segmen utama, yakni pasar atas dan ritel.
Segmen atas dinilai masih potensial karena nasabahnya memiliki kapasitas untuk menambah kepemilikan produk keuangan. Sementara itu, segmen ritel dinilai punya peluang besar karena penetrasi asuransi yang masih rendah.
“Makannya kami juga mendorong produk-produk yang ritel dengan akses dari beberapa macam, seperti kanal distribusi di Bank Mandiri,” lanjutnya.
Selain itu, perusahaan juga mengandalkan agen Laku Pandai untuk menjangkau pasar mikro, termasuk dalam memasarkan polis-polis asuransi dengan premi yang lebih terjangkau.
Menurut data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), pendapatan premi produk unitlink oleh industri asuransi jiwa nasional di 2024 mencapai Rp 75,03 triliun, turun 11,5 persen dari capaian di 2023.
Data AAJI
Berdasarkan data AAJI, terjadi pergeseran preferensi masyarakat terhadap produk asuransi jiwa sejak 2023 akibat volatilitas di pasar investasi. Mengutip Kontan, selama Januari hingga Juni 2024, premi unitlink tercatat mencapai Rp 36,68 triliun atau menurun 13,8 persen secara year on year (YoY).
Riset Membuktikan, Orang Kaya Makin Serius Miliki Asuransi di Usia 45-50 Tahun |
![]() |
---|
AdMedika Raih Penghargaan Excellence in Health Insurance Infrastructure di BUMN Awards 2025 |
![]() |
---|
Industri Asuransi dan Majelis Wakaf Muhammadiyah Akselerasi Ekosistem Keuangan Syariah |
![]() |
---|
Jasa Keuangan dan Asuransi Berkontribusi 0,13 Persen Pada Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2025 |
![]() |
---|
Industri Asuransi Syariah Dorong Pertumbuhan Berkelanjutan Lewat SICA 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.