LNG Strategis untuk Dukung Ketahanan Energi, Pengembangan Infrastrukturnya Perlu Digenjot
Penggunaan LNG sebagai substitusi solar sangat vital karena selain memperkuat ketahanan energi nasional dan juga akan signifikan menurunkan import BBM
Penulis:
Choirul Arifin
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemadaman listrik yang melanda Bali pada awal Juni 2025 memberi peringatan serius tentang pentingnya ketahanan energi yang andal dan bersih bagi wilayah pariwisata unggulan Indonesia.
Mendukung upaya menjaga ketahanan energi nasional, PT GTS Internasional Tbk dan PT Titis Sampurna menandatangani Nota Rencana Kolaborasi Pengembangan Infrastruktur LNG.
Kesepakatan kedua perusahaan diteken Ari Askhara, Direktur Utama PT GTS Internasional Tbk (GTSI) dan Cokorda Adnyana Direktur Utama PT Titis Sampurna.
Kerjasama kedua perusahaan bertujuan mempercepat pemanfaatan LNG sebagai bagian dari solusi transisi energi di Tanah Air, sejalan dengan arah kebijakan pemerintah dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan RPJMN 2025-2029.
Baca juga: Menteri ESDM Bahlil: Indonesia Bakal Punya Floating LNG Terbesar ke-9 di Dunia
"Kami melihat potensi LNG sangat strategis untuk menjawab kebutuhan energi nasional, termasuk di Bali yang menghadapi tantangan pasokan listrik. Kerja sama ini adalah bagian dari komitmen GTSI untuk memastikan akses energi yang lebih andal dan berkelanjutan," ujar Ari Askhara dikutip Jumat, 20 Juni 2025.
Berdasarkan data, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk Pembangkit Listrik di Bali menjadi salah satu yang terbesar secara nasional, sehingga penggunaan LNG sebagai substitusi solar sangat vital karena selain memperkuat ketahanan energi nasional dan juga akan signifikan menurunkan import BBM.
Dari sisi lingkungan hidup penggunaan LNG dipastikan jauh lebih baik dibanding penggunaan BBM dari sisi emisi pembakarannya, penggunaan LNG adalah langkah strategis Bali menuju NZE (Nett Zero Emission) pada tahun 2040.
Bagi Titis Sampurna, kolaborasi ini diharapkan mampu menghadirkan pemanfaatan LNG yang lebih tepat sasaran dan selaras dengan dinamika kebutuhan energi nasional.
"Bali dan wilayah timur Indonesia memerlukan solusi energi yang tidak hanya bersih, tapi juga bisa diandalkan dalam jangka panjang. Pemanfaatan LNG adalah jembatan menuju sistem energi nasional yang lebih modern," ungkap Cokorda Adnyana.
Bali Butuh Kepastian Energi
Data dari PLN menyebutkan bahwa beban puncak listrik di Bali telah mencapai 1.110 MW, sementara cadangan sistem sangat terbatas.
Gangguan jaringan transmisi yang terjadi pada 4 Juni 2025 menyebabkan pemadaman di sejumlah titik vital seperti Denpasar, Badung, dan Gianyar, berdampak langsung pada sektor pariwisata, rumah sakit, dan layanan publik.
Kerjasama GTSI dan Titis Sampurna mencerminkan bagaimana kolaborasi swasta dapat mempercepat capaian target energi nasional.
Dengan pengalaman GTSI sebagai penyedia jasa transportasi LNG dan rekam jejak Titis Sampurna dalam pengembangan solusi energi, kemitraan ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan energi terutama di wilayah Bali.
"Kami ingin Bali menjadi contoh bahwa transisi energi bukan sekadar wacana, melainkan bisa diwujudkan lewat kerja sama dan kepemimpinan lokal," tutup Ari.
Kolaborasi ini menegaskan bahwa anak bangsa, jika diberi ruang dan kepercayaan, mampu menghadirkan solusi konkret untuk tantangan energi Indonesia termasuk menghindarkan Bali dari gelapnya masa depan tanpa energi bersih.(tribunnews/fin)
Dukung Target Dekarbonisasi Nasional, PLN EMI Dorong Layanan Sertifikat Energi Terbarukan |
![]() |
---|
Transformasi Digital di Sektor Manufaktur Perlu Dukungan SDM dan Sinergi Teknologi |
![]() |
---|
Indonesia Siap Menjadi Pemimpin Energi Bersih Regional |
![]() |
---|
Energi Diprediksi Jadi Pendorong Ekonomi Nasional, Yulisman: 6,2 Juta Lapangan Kerja Siap Tercipta |
![]() |
---|
Kedaulatan Energi dan Pangan Terancam Tarif Resiprokal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.