Selasa, 23 September 2025

Industri Logistik Diwarnai Perang Tarif yang Tidak Rasional

Praktisi logistik Muhamad Pahlevi menilai bahwa industri logistik saat ini diwarnai oleh perang harga yang tidak rasional.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sanusi
handout
PERANG TARIF - Di tengah pertumbuhan pesat sektor perdagangan dan e-commerce, industri logistik Indonesia justru masih menghadapi tantangan serius. Persaingan harga yang tidak sehat, lemahnya koordinasi antar pelaku, serta belum adanya sistem regulasi yang jelas dan terintegrasi menjadi hambatan utama bagi efisiensi sektor ini. 

“Ketika tidak ada jaminan kualitas layanan, perusahaan besar memilih jalannya sendiri. Ini menjadi alarm bahwa sistem nasional kita perlu pembenahan serius,” katanya.

Sebagai solusi, Pahlevi mendorong penguatan Sistem Logistik Nasional (Sislognas) untuk menyatukan regulasi dan koordinasi antar pelaku di bawah satu payung kebijakan.

“Kalau sistemnya terintegrasi, biaya bisa ditekan, efisiensi meningkat, dan investor akan lebih percaya,” imbuhnya.

Ia juga menekankan pentingnya BUMN untuk kembali ke fokus bisnis utama (core business) masing-masing.

Menurutnya, BUMN bukan sekadar pencetak keuntungan, melainkan instrumen untuk mendukung kesejahteraan nasional.

“Pos Indonesia fokus di logistik, Krakatau Steel fokus di baja. BUMN harus kembali ke ‘por’-nya. Kalau fondasinya kuat, sistem akan lebih kokoh,” tegasnya.

Pahlevi menutup dengan peringatan bahwa tanpa regulasi tarif dan standar layanan yang jelas, terutama di tahap awal pengiriman (first mile), pelaku logistik nasional akan terus dihantam oleh persaingan tidak sehat.

“Logistik itu ujung tombak perekonomian. Kalau pondasinya rapuh, distribusi nasional juga akan pincang,” pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan