Industri Logistik Diwarnai Perang Tarif yang Tidak Rasional
Praktisi logistik Muhamad Pahlevi menilai bahwa industri logistik saat ini diwarnai oleh perang harga yang tidak rasional.
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Sanusi
“Ketika tidak ada jaminan kualitas layanan, perusahaan besar memilih jalannya sendiri. Ini menjadi alarm bahwa sistem nasional kita perlu pembenahan serius,” katanya.
Sebagai solusi, Pahlevi mendorong penguatan Sistem Logistik Nasional (Sislognas) untuk menyatukan regulasi dan koordinasi antar pelaku di bawah satu payung kebijakan.
“Kalau sistemnya terintegrasi, biaya bisa ditekan, efisiensi meningkat, dan investor akan lebih percaya,” imbuhnya.
Ia juga menekankan pentingnya BUMN untuk kembali ke fokus bisnis utama (core business) masing-masing.
Menurutnya, BUMN bukan sekadar pencetak keuntungan, melainkan instrumen untuk mendukung kesejahteraan nasional.
“Pos Indonesia fokus di logistik, Krakatau Steel fokus di baja. BUMN harus kembali ke ‘por’-nya. Kalau fondasinya kuat, sistem akan lebih kokoh,” tegasnya.
Pahlevi menutup dengan peringatan bahwa tanpa regulasi tarif dan standar layanan yang jelas, terutama di tahap awal pengiriman (first mile), pelaku logistik nasional akan terus dihantam oleh persaingan tidak sehat.
“Logistik itu ujung tombak perekonomian. Kalau pondasinya rapuh, distribusi nasional juga akan pincang,” pungkasnya.
Daripada Perang Harga, Toyota Ajak Industri Otomotif Berkolaborasi Saja |
![]() |
---|
Bisnis E-Commerce dan F&B Genjot Permintaaan Produk Kemasan |
![]() |
---|
Ralali Group Rayakan 12 Tahun Transformasi, Perkuat Kolaborasi Strategis dan Inovasi Ekosistem B2B |
![]() |
---|
Riset Ipsos 2025 Ungkap Kontribusi E-Commerce Perluas Pasar UMKM dan Merek Lokal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.