CELIOS Kirim Surat ke Badan Statistik PBB, Minta Audit Pertumbuhan Ekonomi yang Dirilis BPS
Menurut CELIOS, data pertumbuhan ekonomi triwulan-II 2025 yang dirilis oleh BPS menimbulkan indikasi adanya perbedaan
Penulis:
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor:
Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga penelitian independen Center of Economic and Law Studies (CELIOS) mengirimkan surat permintaan investigasi pada Badan Statistik PBB, yakni United Nations Statistics Division (UNSD) dan United Nations Statistical Commission, untuk mengaudit data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS).
Langkah tersebut diambil karena CELIOS melihat ada kejanggalan dalam data pertumbuhan ekonomi triwulan-II 2025 yang dikeluarkan BPS.
Menurut CELIOS, data pertumbuhan ekonomi triwulan-II 2025 yang dirilis oleh BPS menimbulkan indikasi adanya perbedaan dengan kondisi riil perekonomian Indonesia.
Baca juga: BPS Catat Pertumbuhan Ekonomi 5,12 Persen, Fraksi PKB: Harus Diperkuat Sektor Produktif Rakyat
Sebagai lembaga pemerintah yang tunduk pada standar statistik internasional, BPS dinilai perlu bebas dari kepentingan politik, transparan dan menjaga integritas data.
“Surat yang dikirimkan ke PBB memuat permintaan untuk meninjau ulang data pertumbuhan ekonomi pada triwulan ke-II 2025 yang sebesar 5,12 persen year-on-year," kata Direktur Eksekutif CELIOS Bhima Yudhistira dalam keterangan tertulis, Jumat (8/8/2025).
Bhima menyebut CELIOS telah mencoba melihat ulang seluruh indikator yang disampaikan BPS.
Mereka pun menemukan industri manufaktur tumbuh tinggi, padahal PMI Manufaktur tercatat kontraksi pada periode yang sama.
Porsi manufaktur terhadap PDB juga rendah, yakni 18,67 persen dibanding triwulan ke-I 2025 yang sebesar 19,25 persen, yang artinya deindustrialisasi prematur terus terjadi.
Kemudian, data PHK massal terus meningkat dan industri padat karya terpukul oleh naiknya berbagai beban biaya.
"Jadi apa dasarnya industri manufaktur bisa tumbuh 5,68 persen yoy? Data yang tidak sinkron tentu harus dijawab dengan transparansi," ujar Bhima.
Anomali Terkait Data Historis
Direktur Ekonomi CELIOS Nailul Huda menyebutkan bahwa ketidakpercayaan terhadap data BPS didasari pada anomali yang terjadi terkait dengan data historis.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi triwulan II yang lebih tinggi dibandingkan triwulan yang ada momen Ramadhan-Idul Fitri terasa janggal.
Hal itu dikarenakan tidak seperti tahun sebelumnya di mana pertumbuhan triwulanan paling tinggi merupakan triwulan dengan ada momen Ramadhan-Idul Fitri.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Istana Sindir Ekonom yang Ragukan Data BPS Soal Pertumbuhan Ekonomi 5,12 Persen |
![]() |
---|
Menelaah Mesin Baru Pertumbuhan Ekonomi dan Posisi Rojali & Rohana |
![]() |
---|
10 Provinsi dengan Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor Tertinggi di Indonesia, Sumut Nomor 1 |
![]() |
---|
Gubernur BI Perry Warjiyo: UMKM Jadi Pilar Penting Ekonomi Indonesia |
![]() |
---|
Ekonom Ragukan Data Pertumbuhan Ekonomi 5,12 Persen, Istana Bantah Ada Manipulasi Data dari BPS |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.