Regulasinya Progresif, Indonesia Bisa Jadi Role Model Kripto di Dunia
Indonesia berpeluang menjadi role model industri aset digital dunia karena didukung oleh regulasi yang dinilai salah satu paling progresif di Asia.
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia berpeluang menjadi role model industri aset digital dunia karena didukung oleh regulasi yang dinilai salah satu paling progresif di Asia.
Itu sebabny a, ekosistem crypto Tanah Air bahkan berpotensi menjadi role model bagi negara lain.
Chief Marketing Officer (CMO) Pintu, Timothius Martin menilai, pembentukan bursa kripto CFX, lembaga kustodian, hingga kliring aset digital menjadi pondasi penting bagi keamanan dan kepercayaan investor.
“Keberadaan infrastruktur ini membuat investasi crypto di Indonesia jauh lebih terpercaya. Hal ini bukan hanya meningkatkan kepercayaan pengguna, tetapi juga mampu menarik minat investor baru dari dalam maupun luar negeri,” ujar Timo di acara Coinfest Asia 2025 di Bali.
Event ini diisi dengan diskusi serius antara regulator, pelaku usaha, dan pengembang Web3 dan berbagai aktivitas interaktif, mulai dari boxing arcade, seni digital, hingga live music.
Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah hadirnya Crypto Museum pertama di Indonesia dengan konsep cyberpunk yang menceritakan evolusi dunia crypto dari awal hingga era terkini.
Partisipasi berbagai perusahaan seperti CFX, KKI, ICC, Indodax, Reku, Floq, Mobee, Upbit, dan Koinsayang, menegaskan bahwa Indonesia kini menjadi episentrum diskusi dan inovasi crypto di kawasan Asia.
Kondisi pasar yang kondusif juga berdampak positif pada kinerja aplikasi investasi crypto lokal, Pintu.
Hingga Juli 2025, aplikasi ini telah diunduh 10 juta kali dan mencatatkan jumlah Monthly Trade User (MTU) tertinggi sejak 2021.
Produk derivatif Pintu Futures berhasil menorehkan rekor baru dengan kenaikan transaksi lebih dari 170 persen secara bulanan.
“Data ini menunjukkan bahwa Pintu semakin dipercaya masyarakat Indonesia sebagai aplikasi utama untuk investasi dan trading aset digital,” tambah Timo.
Nathanael Christian, Co-Founder & CEO IDRX, menyoroti dominasi stablecoin berbasis dolar AS di pasar crypto Indonesia.
Menurutnya, lebih dari 99% investor menggunakan stablecoin dolar, yang secara tidak langsung membuat rupiah tersedot ke luar negeri.
Baca juga: 3 Bulan Beroperasi, Platform Perdagangan Kripto Floq Himpun 1 Juta Pengguna
“Harus ada langkah strategis agar transaksi crypto lebih banyak menggunakan rupiah. Ini bukan hanya soal kegunaan rupiah, tapi juga tentang kedaulatan mata uang nasional,” tegas Nathanael.
Ia mendorong kolaborasi antara regulator dan pelaku usaha untuk menghadirkan stablecoin rupiah sebagai solusi jangka panjang.
Dari sisi komunitas, Febi Mettasari, developer Web3 asal Indonesia sekaligus juara hackathon internasional Sui Overflow 2025, menekankan pentingnya memperluas fokus komunitas crypto di Tanah Air.
Baca juga: Sandiaga Uno Sebut Coinfest Asia Bisa Menjadi Pendorong Tumbuhnya Ekosistem Web3
“Selama ini yang paling populer adalah trading community. Padahal, blockchain punya potensi besar di luar aspek jual-beli aset digital. Harus ada keseimbangan dengan komunitas developer dan builder yang juga tumbuh pesat di Indonesia,” ujarnya.
Febi menilai dukungan regulasi dan ekosistem yang sehat sangat penting agar talenta lokal tidak tertinggal dalam kompetisi Web3 global.
Fitur-Fitur Menarik OkalioMining untuk Pengguna Pemula, Dari Bonus hingga Keamanan Data |
![]() |
---|
Ekspansi, MEXC Ventures Inves di Exchange Kripto Triv dengan Valuasi Rp 3,2 Triliun |
![]() |
---|
Harga Bitcoin Tembus Rp 1,95 Miliar, Kripto Yield Jadi Strategi Maksimalkan Aset Digital |
![]() |
---|
Pemerintah Putuskan Transaksi Kripto Bebas PPN Mulai 1 Agustus 2025, Ini Respons Indodax |
![]() |
---|
Tokenomics, Fondasi untuk Menilai Potensi dan Risiko Aset Kripto |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.