Sabtu, 20 September 2025

Harga Bitcoin Tembus Rp 1,95 Miliar, Kripto Yield Jadi Strategi Maksimalkan Aset Digital

Kapitalisasi pasar Bitcoin (BTC) resmi melampaui valuasi Amazon pada 15 Juli 2025, menandai babak baru dominasi aset digital

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sanusi
HO
KAPITALISASI PASAR - Kapitalisasi pasar Bitcoin (BTC) resmi melampaui valuasi Amazon pada 15 Juli 2025, menandai babak baru dominasi aset digital di panggung global. Dengan nilai pasar mencapai 2,43 triliun dolar AS, Bitcoin tidak hanya mengukuhkan posisinya sebagai kripto terbesar, tetapi juga mendorong munculnya strategi baru dalam pengelolaan aset yakni crypto yield. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapitalisasi pasar Bitcoin (BTC) resmi melampaui valuasi Amazon pada 15 Juli 2025, menandai babak baru dominasi aset digital di panggung global.

Dengan nilai pasar mencapai 2,43 triliun dolar AS, Bitcoin tidak hanya mengukuhkan posisinya sebagai kripto terbesar, tetapi juga mendorong munculnya strategi baru dalam pengelolaan aset yakni crypto yield.

Baca juga: Tokenomics, Fondasi untuk Menilai Potensi dan Risiko Aset Kripto

Saat harga BTC menembus sekitar Rp 1,95 miliar per keping, banyak investor memilih untuk menahan kepemilikan mereka dan mengoptimalkannya melalui fitur penghasil imbal hasil seperti Flexi Earn, ketimbang langsung menjualnya di pasar spot.

Lonjakan harga aset kripto yang sering kali disertai volatilitas tinggi justru mendorong sebagian pihak mencari alternatif pendapatan pasif yang lebih terstruktur.

Head of Product Marketing Pintu Iskandar Mohammad, mengatakan dalam situasi pasar seperti ini, sebagian investor beralih ke skema penyimpanan aset kripto berimbal hasil sebagai strategi mitigasi sekaligus optimalisasi.

“Untuk besaran imbal hasil bervariasi, mulai dari 0,25 persen hingga 25 persen per tahun, tergantung jenis aset dan level staking di platform,” ujarnya, Kamis (31/7/2025).

Baca juga: Harga Ethereum Melonjak 80 Persen di Kisaran 3.800 Dolar AS, Ini Faktor Pendorongnya

Yield dalam aset digital merujuk pada imbal hasil atau pengembalian yang diperoleh investor dari kepemilikan atau aktivitas di ekosistem kripto—mirip konsep bunga di keuangan tradisional—tetapi dihasilkan melalui mekanisme berbasis blockchain seperti staking, peminjaman, atau yield farming.

Skema ini tak hanya menarik bagi investor berpengalaman; menurut Iskandar, fitur imbal hasil kini semakin diminati oleh pengguna baru yang ingin menyimpan aset digital mereka secara pasif sambil tetap memperoleh return kompetitif.

Menanggapi meningkatnya minat terhadap diversifikasi tanpa menjual aset, Pintu menghadirkan opsi imbal hasil.

“Pada periode awal ini, Dogecoin (DOGE) menjadi token pertama yang mendapatkan promosi, kemudian menyusul token lain seperti Lido DAO (LDO),” tambah Iskandar.

Fitur earn memungkinkan pengguna menyimpan aset digital—seperti Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Tether (USDT), dan lainnya—dalam dompet khusus untuk menghasilkan imbal hasil. Pengguna menerima hasil secara otomatis setiap jam, dan pencairan bisa dilakukan setiap 12 jam, sesuai ketentuan platform.

“Sekitar 35 persen pengguna kami sudah aktif memanfaatkan fitur earn, terutama pada tiga aset favorit yakni stablecoin USDT/USDC, BTC, dan ETH,” ungkap Iskandar.

Ditambahkannya, skema seperti Flexi Earn menjadi elemen penting dalam evolusi strategi pengelolaan aset digital, karena memberikan jalan bagi investor untuk mengelola kepemilikan secara produktif di tengah dinamika pasar yang terus berubah.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan