Senin, 13 Oktober 2025

Batik Tapsel Jadi Wajah Baru UMKM Lokal, Tumbuh Lewat Pembinaan Berkelanjutan

Di tengah dominasi batik dari Pulau Jawa yang dikenal dengan motif klasik seperti Parang dan Kawung, Batik Tapsel hadir menawarkan warna baru. 

|
Penulis: Andra Kusuma
dok.agincourtresources
Melalui ajang Fashion Week yang diinisiasi PTAR, Batik Tapsel diperkenalkan sebagai produk unggulan daerah yang siap bersaing di kancah mode global. 

TRIBUNNEWS.COM - Dari sebuah hobi membatik sederhana pada tahun 2016, Batik Tapsel karya Shanty Budi Lestari (36), perajin asal Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, menjelma menjadi salah satu ikon Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) daerah yang terus bertahan hingga kini.

Berangkat dari kecintaannya pada seni dan budaya lokal, Santhy merintis usaha batik dengan pendekatan yang berbeda.

Ia menggali nilai-nilai tradisi, kekayaan alam, hingga filosofi kehidupan masyarakat Tapanuli Selatan untuk kemudian dituangkan ke dalam motif-motif batik yang otentik dan penuh makna.

Di tengah dominasi batik dari Pulau Jawa seperti Yogyakarta, Surakarta, dan Pekalongan yang dikenal dengan motif-motif klasik seperti Parang dan Kawung, Batik Tapsel hadir menawarkan warna baru. 

“Motif batik Tapsel terinspirasi dari keanekaragaman alam dan budaya di Tapanuli Selatan. Ada motif Salak Sibakua yang berasal dari komoditas lokal, Bulang yang melambangkan mahkota raja dan ratu, serta Sungai Batang Toru yang menggambarkan keindahan alam daerah kami,” jelas Santhy saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (10/10/2025).

Mendapatkan Pendampingan dari Berbagai Pihak

Batik Tapsel mendapatkan pendampingan dari berbagai pihak, agar UMKM ini bisa lebih berkembang.
Batik Tapsel mendapatkan pendampingan dari berbagai pihak, agar UMKM ini bisa lebih berkembang. (dok.batik tapsel)

Berkat keunikan Batik Tapsel yang dihasilkan oleh Shanty hingga mendapatkan pendampingan dari berbagai pihak mulai tahun 2016 hingga kini.

Dukungan tersebut datang dari Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, Bank Indonesia, hingga PT Agincourt Resources (PTAR), perusahaan pengelola Tambang Emas Martabe yang aktif membina pelaku UMKM di wilayah lingkar tambang.

Pendampingan ini membantu Batik Tapsel berkembang, tidak hanya sebagai produk kerajinan, tetapi juga sebagai identitas budaya daerah yang bernilai ekonomi tinggi.

"Awalnya saya mengerjakannya sendiri. Kemudian, pada pertengahan tahun 2016 mulai mendapat pembinaan dari Pemerintah Daerah. Lalu, pada 2017 hingga 2018 didampingi oleh Bank Indonesia. Setelah itu, mulai 2019 sampai sekarang, mendapatkan pembinaan dari PT Agincourt Resources (PTAR)," ungkap Santhy.

Baca juga: Bersama Cenderaloka, Harapan Baru UMKM Lokal untuk Go Digital

Bangkit Bersama PTAR

Pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia sejak awal 2020 membuat usahanya nyaris lumpuh.

Permintaan batik turun drastis, pemasaran terganggu, bahkan produksi sempat berhenti total.

"Saat pandemi, usaha saya benar-benar mati suri. Hampir tidak ada pemasukan sama sekali," ujar Santhy mengenang masa-masa sulit itu.

Pendampingan dari PTAR, menjadi titik balik bagi usaha Santhy.

PTAR yang memang aktif membina pelaku UMKM di wilayah lingkar tambang, kembali hadir setelah situasi pandemi mulai membaik.

Program pembinaan dilanjutkan secara intensif sejak tahun 2021.

“Waktu itu kami dapat pelatihan dasar membatik dengan pewarnaan sintetis. Setelah itu dilanjutkan dengan pelatihan membatik menggunakan pewarna alami. PTAR juga bantu kami untuk urus Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan merek dagang,” tutur Santhy.

Tak hanya pelatihan teknis, dukungan PTAR juga mencakup aspek pemasaran.

Pada 2023 dan 2024, para perajin binaan mendapatkan kesempatan promosi di berbagai event, baik di dalam maupun luar daerah.

Bahkan, pada 2024 tepatnya bulan September, PTAR memfasilitasi pelaku UMKM dengan mendirikan outlet khusus bernama Bagas Silua yang berlokasi di Simpang Tambang, Batang Toru.

“Outlet itu disediakan untuk memasarkan semua produk binaan, termasuk Batik Tapsel. Kami bisa jual batik di situ setiap hari,” tambah Santhy.

Selain itu, PTAR juga aktif mendukung pelaku usaha dengan menyediakan booth Batik Tapsel dan UMKM lainnya setiap kali ada kegiatan di area tambang.

Kehadiran booth ini tidak hanya menyemarakkan acara, tetapi juga membuka kesempatan langsung bagi pelaku usaha untuk memperkenalkan produk mereka kepada pengunjung.

Tak hanya itu, ketika ada acara di luar Tapanuli Selatan, misalnya di Ibukota Jakarta atau kota besar lainnya, produk Batik Tapsel dan UMKM setempat seringkali dibawa oleh perwakilan PTAR untuk dipamerkan.

Hal ini membuka peluang lebih luas bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan pasar baru dan meningkatkan eksposur produk mereka di tingkat nasional.

PTAR Dengarkan Kebutuhan Pelaku Usaha, Berikan Solusi Nyata

Pemberian pelatihan dilakukan oleh PTAR kepada pelaku UMKM Batik Tapsel.
Pemberian pelatihan dilakukan oleh PTAR kepada pelaku UMKM Batik Tapsel. (dok.batik tapsel)

Selain menjalankan program pendampingan yang sudah terjadwal, PTAR juga sangat responsif dalam mendengarkan kebutuhan dan tantangan nyata yang dihadapi oleh para pelaku usaha binaannya.

Salah satu masalah krusial yang sempat menggelisahkan para perajin Batik Tapsel adalah pengelolaan limbah batik yang selama ini dianggap berpotensi mencemari lingkungan.

Menyadari pentingnya hal ini, PTAR tidak hanya memberikan arahan teori, tetapi mengambil langkah konkret dengan memberangkatkan Santhy dan beberapa perajin lain ke pusat-pusat pengelolaan limbah batik yang sudah maju di Solo dan Yogyakarta.

“Kami dibawa langsung ke Solo dan Jogja untuk belajar melihat sistem pengolahan limbah. Di sana kami belajar bagaimana penanganan limbah batik agar ramah lingkungan,” ungkap Santhy.

Dengan kunjungan ini, para perajin tidak hanya mendapat wawasan teknis, tetapi juga pengalaman langsung bagaimana praktik ramah lingkungan dapat diterapkan di usaha mereka.

Baca juga: Kolaborasi Strategis Jadi Kunci UMKM Naik Kelas dan Tembus Pasar Global

Harapan Santhy agar PTAR Terus Dampingi UMKM di Lingkar Tambang

Santhy menyampaikan harapannya agar program pendampingan yang dijalankan oleh PT Agincourt Resources (PTAR) dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat di sekitar wilayah tambang. Baginya, keberlanjutan pendampingan ini sangat penting agar UMKM di daerah tidak hanya sekadar bertahan, tetapi juga berkembang dan memberikan dampak positif secara ekonomi sosial.

“Harapannya, PTAR tetap semangat mendampingi UMKM di daerah tambang, supaya masyarakat yang tidak bekerja di tambang juga bisa merasakan manfaat dari program yang ada,” ujar Santhy dengan penuh keyakinan.

Selain batik yang menjadi fokusnya, Santhy juga menyoroti sektor kuliner sebagai salah satu bidang UMKM yang paling menonjol dan berkembang pesat di Batang Toru. Ia menegaskan bahwa Batang Toru tidak hanya dikenal dengan kekayaan budaya batiknya, tetapi juga dengan ragam kuliner khas yang menjadi daya tarik tersendiri.

“Kalau dari Batang Toru, yang paling menonjol itu kuliner. Batang Toru memang terkenal dengan kulinernya,” tambah Santhy.

Komitmen Agincourt Resources Membina UMKM

Para pelaku UMKM Batik Tapsel dibekali keterampilan membatik modern dan tradisional dalam pelatihan yang didukung PTAR, agar siap bersaing di pasar yang lebih luas.
Para pelaku UMKM Batik Tapsel dibekali keterampilan membatik modern dan tradisional dalam pelatihan yang didukung PTAR, agar siap bersaing di pasar yang lebih luas. (dok.agincourtresources)

Program Bagas Silua menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan perusahaan bisa membangun ekonomi lokal yang kuat dan berkelanjutan.

Sinergi ini tidak hanya memperkuat UMKM di sekitar tambang, tetapi juga mendorong mereka untuk terus beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Sejalan dengan hal tersebut, Agincourt Resources menegaskan komitmennya dalam mendukung pemberdayaan pelaku usaha lokal agar semakin siap bersaing, terutama di era digital saat ini.

“Ini merupakan salah satu bentuk nyata dari komitmen kami di Agincourt Resources dalam mendukung pemberdayaan pelaku usaha lokal agar lebih siap bersaing di era digital. Meski tinggal di desa, bukan berarti usaha kita harus kalah dari yang di kota. Media sosial telah membuka peluang seluas-luasnya bagi siapa pun yang ingin berkembang,” ujar Senior Manajer Community Agincourt Resources Christine Pepah melalui situs resmi mereka.

Lewat dukungan teknologi dan akses digital, diharapkan UMKM lokal dapat terus berkembang dan memperluas pasar, sehingga keberlanjutan ekonomi di daerah pun semakin terjamin.

Selain itu, langkah PTAR yang secara aktif mendengarkan keluhan dan kebutuhan UMKM, serta menindaklanjuti dengan solusi konkret, menjadi contoh nyata bagaimana peran sektor swasta dapat mendorong keberlanjutan dan daya saing usaha kecil di tengah tantangan zaman.  (*)

(Andrakp/Tribunnews.com)

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved