Rabu, 15 Oktober 2025

Inalum Gunakan AI di Pabrik untuk Utamakan Keselamatan dan Kepatuhan Garansi Proses

Kemajuan teknologi kecerdasan buatan kini tidak hanya merambah sektor digital dan jasa, tetapi juga industri manufaktur berat.

Penulis: Lita Febriani
Editor: Sanusi
Lita Febriani
AI MANUFAKTUR - Energy Insights Forum yang digelar Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) di Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (14/10/2025). Penerapan AI di pabrik aluminium harus dilakukan dengan sangat hati-hati. (Tribunnews.com/Lita Febriani). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) kini tidak hanya merambah sektor digital dan jasa, tetapi juga industri manufaktur berat.

Salah satu perusahaan yang telah mengkaji penerapan teknologi ini adalah PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), anggota dari holding BUMN pertambangan MIND.ID.

Berbeda dengan anggota MIND.ID lainnya yang berbasis Izin Usaha Pertambangan (IUP), Inalum bergerak di sektor hilir dengan Izin Usaha Industri (IUI).

Baca juga: MIND ID Pacu Produksi Alumina 1 Juta Ton Per Tahun dari Hilirisasi Bauksit di Mempawah

Artinya, perusahaan ini fokus pada proses manufaktur, bukan eksplorasi tambang. Hal ini membuat penerapan AI di Inalum memiliki karakteristik dan tantangan tersendiri.

"Penerapan AI di sektor manufaktur sangat terbuka luas. Apalagi teknologi pabrik kita sudah menggunakan Distributed Control System (DCS), di mana parameter input-nya sebenarnya sudah mendekati AI, hanya saja belum bersifat machine learning," ungkap Director of Business Development Inalum Arif Haendra dalam acara Energy Insights Forum yang digelar Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) di Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (14/10/2025).

Menurut Arif, meski potensinya besar, penerapan AI di pabrik aluminium harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Salah satu pertimbangan utama adalah risiko keselamatan kerja (safety).

Baca juga: MIND ID Berikan Santunan kepada 50 Anak Penderita Kanker dan 42 Pengurus YKAKI

"Kalau terjadi sesuatu dalam penerapan AI dan berujung pada risiko safety atau fatality, tanggung jawab fidusianya tetap berada di manajemen direksi," tuturnya.

Selain aspek keselamatan, Inalum juga mempertimbangkan risiko terhadap garansi proses. Arif menjelaskan bahwa dalam industri manufaktur, setiap proses produksi memiliki batas garansi dari penyedia teknologi.

"Misalnya kapasitas produksi 100.000 ton, lalu AI melakukan optimasi hingga 105.000. Kalau output-nya melebihi garansi proses, ini bisa menjadi masalah serius dalam hubungan dengan penyedia teknologi," jelas Arif.

Oleh karena itu, Inalum memutuskan untuk membatasi penerapan AI dalam batas aman dan sesuai garansi proses.

"Kami tidak akan mengambil risiko untuk beroperasi di luar garansi. Kalau terjadi sesuatu di luar batas itu, risikonya terlalu besar," imbuhnya.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved