Selasa, 28 Oktober 2025

Industri Tekstil dan Garmen Hadapi Tekanan Berat, AGTI Minta Pemerintah Seimbangkan Kebijakan

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) lokal saat ini menghadapi tekanan akibat peningkatan impor dan fluktuasi permintaan global.

Editor: Choirul Arifin
WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN
INDUSTRI TEKSTIL HADAPI TEKANAN - Suasana pameran industri tekstil dan garmen Indo Intertex 2023 di Hall C1, JIExpo, Kemayoran, Jakarta. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) lokal saat ini menghadapi tekanan akibat peningkatan impor dan fluktuasi permintaan global. WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemain industri tekstil dan garmen nasional yang tergabung dalam Asosiasi Garment dan Textile Indonesia (AGTI) menegaskan komitmennya untuk menjaga daya saing global, keberlanjutan lapangan kerja, serta kontribusi terhadap ekspor nasional.

Ketua AGTI Anne Patricia Sutanto menyatakan, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) saat ini menghadapi tekanan akibat peningkatan impor dan fluktuasi permintaan global.

Namun, sektor ini tetap menjadi salah satu penopang utama ekspor nonmigas Indonesia dengan nilai mencapai 11,9 miliar dolar AS pada 2024.

“Industri tekstil Indonesia bukan sedang melemah, tetapi sedang beradaptasi. Kami terus berinvestasi dalam efisiensi energi, digitalisasi, dan keberlanjutan agar produk Indonesia tetap kompetitif di pasar global,” ujar Anne dalam keterangan tertulis dikutip Selasa (28/10/2025).

Dia menjelaskan, industri TPT selain berorientasi ekspor, juga berperan penting dalam mendukung perekonomian daerah melalui penyerapan jutaan tenaga kerja, terutama di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. 

AGTI Minta Pemerintah Seimbangkan Kebijakan

AGTI menilai penting adanya kebijakan pemerintah yang seimbang antara perlindungan industri dalam negeri dan keterbukaan terhadap pasar global. 

Anne menambahkan, peningkatan daya saing dari sisi sumber daya manusia, teknologi, energi, dan rantai pasok menjadi kunci bagi industri nasional agar tetap tangguh tanpa bergantung pada kebijakan protektif. 

“Ini bukan pekerjaan ringan yang bisa diselesaikan oleh segelintir pihak. Dibutuhkan kerja sama, gotong royong, dan rasa nasionalisme yang tinggi berlandaskan Pancasila,” ujar Anne.

Menanggapi isu yang menggambarkan industri tekstil Indonesia tidak mampu bersaing di pasar internasional, AGTI menilai narasi tersebut tidak sepenuhnya sesuai fakta.

Banyak perusahaan garmen nasional kini menjadi mitra utama merek global ternama dan telah memenuhi standar ketat internasional.

Terkait tudingan adanya praktik impor ilegal, Anne meminta pihak yang menuduh agar menyampaikan bukti konkret kepada aparat penegak hukum. Langkah ini dinilai penting untuk mengakhiri polemik yang dapat merugikan citra industri nasional. 

Baca juga: PHK Massal di Industri Tekstil Sudah Sentuh Level Manajer Menengah

AGTI meyakini, dengan dukungan kebijakan fiskal dan industri yang tepat, sektor TPT Indonesia dapat menjadi motor pertumbuhan hijau (green growth) yang mendorong ekspor berkelanjutan serta memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.

Baca juga: Menkeu Purbaya Ancam Denda dan Blacklist Importir Baju Bekas

“Kami percaya masa depan industri tekstil Indonesia adalah masa depan yang berkelanjutan, inovatif, dan inklusif. Tantangan saat ini justru menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi antara pelaku usaha, pemerintah, dan masyarakat,” pungkas Anne.

Laporan Reporter: Noverius Laoli | Sumber: Kontan

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved