PMI Dorong Pengembangan Produk Bebas Asap Lewat Inovasi dan Teknologi
Di tengah derasnya arus informasi, sains sering kali kalah cepat dari misinformasi. Fakta dan opini bercampur, membuat publik sulit membedakan.
TRIBUNNEWS.COM – Di tengah derasnya arus informasi, sains sering kali kalah cepat dari misinformasi. Fakta dan opini bercampur di ruang digital, membuat publik sulit membedakan mana bukti ilmiah dan mana sekadar klaim.
Dalam situasi seperti itu, sains bukan hanya soal penelitian dan laboratorium, tetapi juga soal komunikasi dan pemahaman masyarakat. Hal inilah yang disampaikan oleh Direktur Scientific Engagement Philip Morris International (PMI) Tomoko Iida, dalam forum Technovation 2025.
Dengan gaya interaktif dan edukatif, Tomoko mengajak peserta memahami kembali konsep tobacco harm reduction atau pengurangan bahaya tembakau, pendekatan ilmiah yang menurutnya bisa memberi dampak positif bagi kesehatan masyarakat.
“Sekarang, mari kita pikirkan mengapa kita semua ada di sini hari ini. Karena kita tahu bahwa pengurangan bahaya tembakau adalah pendekatan penting yang bisa kita ambil untuk memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat,” ujarnya membuka sesi.
Ia kemudian menjelaskan konsep pengurangan bahaya bukanlah larangan atau menghapus perilaku yang tidak diinginkan, tapi menggantinya dengan kebiasaan yang lebih rendah risiko.
“Contohnya sabuk pengaman di mobil. Kamu tetap menyetir mobil, tapi kamu mengurangi risiko cedera bila terjadi kecelakaan. Contoh lainnya adalah tabir surya, kamu tetap bisa berjemur di bawah sinar matahari, namun meminimalkan risiko terkena kanker kulit,” kata Tomoko.
Menurut Tomoko, prinsip yang sama dapat diterapkan dalam kebiasaan merokok. Alih-alih larangan merokok, ia mengatakan PMI berkomitmen menyediakan produk bebas asap sebagai alternatif yang lebih baik bagi perokok dewasa.
Perempuan yang pernah meniti karier di MIT’s Biotechnology Process Engineering Center itu menjelaskan inovasi produk bebas asap dapat mendorong masa depan yang lebih baik.
“Masalahnya bukan karena daun tembakau mengandung bahan kimia berbahaya sejak awal. Tetapi ketika daun tembakau dibakar, saat itulah bahan kimia berbahaya muncul. Dan inilah penyebab utama penyakit akibat merokok,” tegas Tomoko.
Tomoko juga menjelaskan kesalahpahaman yang paling sering terjadi di dunia, yakni tentang nikotin yang disebut sebagai penyebab kanker. Ia dengan yakin menyebut bahwa nikotin bukanlah penyebab utama penyakit akibat kebiasaan merokok.
 
Produk Bebas Asap Terbukti Turunkan Prevalensi Perokok?
Setelah meluruskan berbagai misinformasi seputar nikotin, Tomoko Iida mengajak audiens untuk melihat gambaran yang lebih besar, tentang bagaimana ilmu pengetahuan dapat menjadi solusi nyata melalui pendekatan pengurangan bahaya tembakau (tobacco harm reduction).
Menurutnya, pendekatan ini merupakan langkah realistis dalam menghadapi kebiasaan merokok yang masih menjadi tantangan global. Alih-alih hanya menekankan pada larangan, konsep harm reduction berfokus pada bagaimana meminimalkan risiko kesehatan dari perilaku yang sulit dihilangkan sepenuhnya.
“Pengurangan bahaya (harm reduction) adalah tentang meminimalkan konsekuensi negatif yang terkait dengan perilaku berisiko, seperti merokok. Faktanya, bahkan produk dengan risiko paling rendah sekalipun tidak akan berdampak apa pun pada kesehatan masyarakat jika tidak ada yang menggunakannya. Itulah sebabnya penting bagi inovasi-inovasi ini untuk dapat diakses secara luas dan terjangkau bagi para perokok di mana pun,” jelas Tomoko.
Masih menurut Tomoko, pengurangan bahaya tembakau bukan sekadar teori, melainkan kebijakan yang sudah terbukti membawa hasil di sejumlah negara. Ia mengungkapkan keberhasilan Jepang dan Swedia dalam menurunkan prevalensi perokok sebesar 50 persen dalam 10 tahun terakhir.
“Pengurangan bahaya tembakau bukanlah konsep teoritis, melainkan pendekatan kebijakan yang pragmatis dan sudah memberikan hasil nyata. Di Jepang, volume rokok menurun sebesar 50 persen setelah diperkenalkannya produk tembakau yang dipanaskan sepuluh tahun lalu. Di Swedia, peningkatan penjualan produk nikotin oral berkorelasi dengan penurunan penjualan rokok; dan kini Swedia menjadi negara Eropa dengan tingkat penyakit terkait kebisaaan merokok paling rendah,” paparnya dengan bangga.
Dengan paparan tersebut, Tomoko ingin menunjukkan bahwa inovasi dan kebijakan yang berbasis bukti ilmiah dapat menjadi jalan tengah antara idealisme kesehatan publik dan kenyataan sosial di lapangan.
Sebelum menutup sesinya, Tomoko juga menyoroti faktor penting lainnya, yakni penerimaan konsumen. Maka itu, PMI terus meluncurkan berbagai macam portfolio produk bebas asap dalam 10 tahun terakhir, di antaranya adalah IQOS, Bonds by IQOS, VEEV dan kantong nikotin ZYN.
Komitmen penuh untuk mewujudkan masa depan bebas asap juga ditunjukkan oleh PMI lewat investasi besar senilai US$330 juta untuk membangun fasilitas produksi produk tembakau inovatif bebas asap di Karawang, Jawa Barat pada 2023. Sejak itu, fasilitas produksi pertama di Asia Tenggara itu, telah memasarkan produknya ke 15 tujuan ekspor dan domestik. Fasilitas ini juga dilengkapi dengan Laboratorium R&D kelas dunia yang didukung oleh lebih dari 200 tenaga ahli dari dalam negeri berkualifikasi tinggi.
Baca juga: Technovation 2025: Menuju Masa Depan Bebas Asap
Sebagai bagian dari strategi kolaboratif lintas sektor, Sampoerna juga telah membentuk kemitraan dengan lebih dari 600 pengusaha UMKM yang tersebar di 20 kota di Indonesia. Kolaborasi ini tidak hanya memperkuat jaringan usaha lokal, tetapi juga berhasil menciptakan lebih dari 1.300 lapangan kerja baru.
Kemitraan ini turut melibatkan sekitar 180.000 anggota Sampoerna Retail Community (SRC) dalam ekosistem distribusi produk bebas asap, memperluas jangkauan dan akses terhadap alternatif yang lebih baik bagi perokok dewasa.
Dengan bukti ilmiah tentang keberhasilan pengurangan bahaya tembakau di berbagai negara, Tomoko menutup sesinya dengan ajakan semua pihak untuk berkolaborasi mewujudkan masa depan bebas asap.
“Bukti keberhasilan negara-negara yang membuka akses pada produk bebas asap sudah kita lihat secara nyata. Tapi kami tidak bisa melakukannya sendirian, kami butuh dukungan semua pihak, mari lakukan bersama demi masa depan bebas asap,” tutup Tomoko.
Baca juga: Riset dan Inovasi, Kunci PMI Dorong Pengembangan Produk Bebas Asap
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
 
		Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Philip Morris International
HM Sampoerna
Produk Bebas Asap
SDG09-Industri, Inovasi dan Infrastruktur
| Semester 1 2025, Sampoerna Pertahankan Posisi Pemimpin Pasar dan Laba Bersih |   | 
|---|
| Produk Bebas Asap Disebut Bantu Pemerintah Jepang Turunkan Prevalensi Perokok |   | 
|---|
| Dampak Positif Produk Bebas Asap Makin Luas dengan Kolaborasi Lintas Sektor |   | 
|---|
| Wujud Komitmen Sampoerna dan PMI: Inovasi Produk Bebas Asap Berbasis Sains dan Teknologi |   | 
|---|
| Presdir Sampoerna Dinobatkan sebagai CEO of the Year di Mata Lokal Fest 2025 |   | 
|---|
 
							 
							 
			 
          
							 
			 
				
			 
    
                         
    
                         
    
                         
	
						        	 
	
						        	 
	
						        	 
	
						        	 
	
						        	 
											 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.