Sabtu, 1 November 2025

Sandiaga Uno: Ekonomi Hijau Jadi Kunci Masa Depan, Ciptakan Jutaan Green Jobs di Asia

Dengan inovasi, pembiayaan hijau, dan reformasi kebijakan, negara Asia bisa ubah risiko iklim menjadi peluang ekonomi jadi mesin dekarbonisasi global

Editor: Eko Sutriyanto
Istimewa
GREEN ECONOMY - Investor Nasional, Sandiaga Salahuddin Uno dalam ajang BNP Paribas Sustainable Future Forum 2025 yang digelar di Singapura pada Kamis (30/10/2025). Dirinya menilai kawasan Asia memiliki peluang besar untuk menjadi penggerak utama ekonomi hijau dan pasar karbon dunia. 

Ringkasan Berita:
  • Sandiaga Uno menegaskan bahwa ekonomi hijau menjadi masa depan bisnis sekaligus pencipta lapangan kerja baru
  • Dalam forum Sustainable Future 2025 di Singapura, ia menyebut Asia berpotensi memimpin pasar karbon global dengan kontribusi lebih dari 60 persen
  • Di Indonesia, perdagangan karbon lewat IDX Carbon melonjak hampir lima kali lipat, menandakan kuatnya minat investasi hijau dan peluang besar menuju ekonomi berkelanjutan

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Investor nasional Sandiaga Salahuddin Uno menegaskan bahwa kawasan Asia memiliki peluang besar menjadi motor utama ekonomi hijau dan pasar karbon global.

Hal ini ia sampaikan dalam BNP Paribas Sustainable Future Forum 2025 yang digelar di Singapura, Kamis (30/10/2025).

“Asia memiliki 60 persen populasi dan keanekaragaman hayati dunia. Itu bukan kerentanan, tetapi potensi,” ujar Sandiaga.

Sandiaga menilai, dengan inovasi, pembiayaan hijau, dan reformasi kebijakan, negara di Asia mampu mengubah risiko iklim menjadi peluang ekonomi serta menjadi mesin dekarbonisasi global.

Pasar Karbon Asia Tumbuh Pesat

Menurut Sandiaga, pasar karbon kini telah bergerak dari janji menjadi aksi nyata.

Kawasan Asia-Pasifik menyumbang lebih dari 60 persen permintaan dan pasokan pasar karbon global.

Baca juga: Sandiaga Uno: Era Baru Bisnis Adalah Kolaborasi, Bukan Kompetisi

Di Indonesia sendiri, perdagangan karbon melalui IDX Carbon melonjak hampir lima kali lipat, dengan volume mencapai 700.000 ton CO₂ ekuivalen hingga pertengahan 2025.

“Fokus kami adalah memastikan integritas, keterlacakan, dan dampak yang terukur,” tegasnya.
 

Tiga Sektor Hijau Jadi Magnet Investasi

Sandiaga menyebut, pertumbuhan investasi hijau di Indonesia kini terfokus pada tiga sektor utama:

  • Proyek berbasis alam – seperti mangrove, lahan gambut, dan kehutanan
  • Solusi teknologi hijau – termasuk pemantauan digital berbasis blockchain dan AI.
  • Ekosistem pendukung – seperti bursa karbon digital dan blended finance yang menghubungkan proyek lokal dengan investor global.
  • Potensi dari proyek berbasis alam di Indonesia diperkirakan mencapai 13 miliar ton CO₂ ekuivalen dengan nilai hampir 8 miliar dolar AS per tahun.
Reformasi Pasar Karbon Nasional: Titik Balik Kepercayaan Investor

Indonesia baru saja membuka kembali perdagangan karbon internasional setelah empat tahun vakum.

Sandiaga menyebut langkah ini sebagai momentum penting bagi kepercayaan investor karena kini tata kelola dan transparansi harga semakin kuat.

“Langkah ini menciptakan likuiditas baru, akses global, dan mengubah modal alam kita menjadi aset yang bisa diinvestasikan,” ujarnya.

Harga perdagangan awal di IDX Carbon mencapai 8–9 dolar AS per ton, menandakan tingginya permintaan terhadap proyek karbon yang terverifikasi dan kredibel.

Pembiayaan Hijau Butuh Sinergi Publik–Swasta
Sumber: Warta Kota
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved