Sabtu, 22 November 2025

DMO Emas Jadi Prioritas, Hilirisasi Logam Mulia Perkuat Kedaulatan Mineral Indonesia

Bisnis emas Pulogadung dan produksi dore bar melalui PT Cibaliung Sumberdaya menjadi penyokong utama margin keuntungan.

Penulis: Erik S
net
DMO EMAS - Kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) emas melalui sistem traceability domestik, dukungan sertifikasi internasional Good Delivery dari London Bullion Market Association, serta pembangunan Precious Metal Refinery (PMR) akan menjadi tonggak penting dalam mengurangi ketergantungan terhadap negara lain. 
Ringkasan Berita:
  • DMO emas bukan hanya soal pasokan dalam negeri, tetapi juga strategi hilirisasi.
  • Bisnis emas Pulogadung dan produksi dore bar melalui PT Cibaliung Sumberdaya menjadi penyokong utama margin keuntungan.
  • Melalui pembangunan smelter, penguatan rantai pasok logam mulia, dan dukungan sertifikasi internasional, Indonesia perlahan bertransformasi dari eksportir bahan mentah menjadi produsen logam bernilai tinggi.

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pemerintah akan memperkuat rantai pasok emas dan tembaga sebagai fondasi kedaulatan mineral nasional. 

Langkah ini sejalan dengan meningkatnya permintaan global terhadap emas sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian geopolitik, sekaligus membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pusat pemurnian logam mulia di kawasan.  

‎Pengamat Energi Universitas Indonesia, Ali Ahmudi, menilai kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) emas melalui sistem traceability domestik, dukungan sertifikasi internasional Good Delivery dari London Bullion Market Association, serta pembangunan Precious Metal Refinery (PMR) akan menjadi tonggak penting dalam mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.

Baca juga: PT Merdeka Gold Resources Tbk Umumkan Kenaikan Ore Reserve Tambang Emas Pani

DMO emas merupakan kewajiban bagi perusahaan emas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebelum mengekspor produknya.

‎“DMO emas bukan hanya soal pasokan dalam negeri, tetapi juga strategi hilirisasi yang memastikan Indonesia tidak sekadar menambang, melainkan menjadi pemain industri global. Dengan smelter dan PMR, Indonesia akan mengekspor bullion, bukan lagi konsentrat mentah,” ujarnya dalam pernyatannya dikutip, Sabtu (22/11/2025).

‎Selain emas, Ali menekankan bahwa hilirisasi tembaga tetap menjadi pilar transisi energi. Tembaga berperan sebagai tulang punggung kendaraan listrik, baterai, dan jaringan listrik hijau. Integrasi proyek Smelter Gresik dengan PMR akan memperkuat agenda downstreaming menuju green economy.

‎“Transformasi ini merupakan bagian dari visi Indonesia Emas 2045, dengan target menjadikan Indonesia sebagai regional refining and manufacturing hub pada 2025–2035. Kombinasi DMO emas, hilirisasi tembaga, dan kebijakan industri nasional akan memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok logam strategis dunia,” tambahnya.  



‎Momentum kebijakan ini tercermin dari kinerja dua perusahaan tambang besar di bawah MIND ID Group. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatat penjualan bersih Rp72,03 triliun hingga kuartal III 2025, tumbuh 67 persen dibandingkan tahun lalu.

Bisnis emas Pulogadung dan produksi dore bar melalui PT Cibaliung Sumberdaya menjadi penyokong utama margin keuntungan.

Produksi emas mencapai 590 kilogram (18.969 troy ons) sepanjang sembilan bulan pertama, dengan tambahan 151 kilogram (4.855 troy ons) pada kuartal III. Laba bersih melonjak hampir tiga kali lipat menjadi Rp6,61 triliun, dengan posisi kas menguat ke Rp9,26 triliun.  

‎Sementara itu, PT Freeport Indonesia (PTFI) membukukan produksi 966 juta pon tembaga dan 876 ribu ons emas hingga September 2025. Meski sempat terdampak insiden mud rush di Grasberg, operasional tetap tangguh dengan strategi pemulihan bertahap. Freeport juga mencatat pendapatan US$6,97 miliar dengan laba bersih US$674 juta, serta menekan biaya produksi tembaga menjadi US$1,40 per pon. Proyek Smelter Gresik dan PMR telah menghasilkan katoda tembaga pertama pada Juli 2025 — tonggak penting menuju kemandirian pemurnian logam di dalam negeri.  

‎Kinerja positif ANTM dan Freeport menegaskan arah kebijakan hilirisasi yang kini berlandaskan pada DMO emas dan integrasi tembaga.

Melalui pembangunan smelter, penguatan rantai pasok logam mulia, dan dukungan sertifikasi internasional, Indonesia perlahan bertransformasi dari eksportir bahan mentah menjadi produsen logam bernilai tinggi.

‎“Transformasi ini bukan hanya soal produksi, tetapi juga kedaulatan ekonomi. Indonesia punya peluang besar menjadi pusat pemurnian logam di kawasan, dengan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan pencapaian visi Indonesia Emas 2045,” pungkas Ali.

 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved