Bos Vale Tekankan Operasi Rendah Karbon di Industri Nikel Nasional
Masa depan industri nikel nasional hanya bisa berkelanjutan jika dibangun di atas fondasi hijau dan teknologi rendah karbon.
Ringkasan Berita:
- Indonesia mendorong transformasi industri nikel menuju model hijau dan rendah karbon untuk memperkuat posisi di pasar mineral kritis global.
- PT Vale telah menerapkan dekarbonisasi dan pengelolaan limbah berkelanjutan, termasuk meraih PROPER Emas.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia menegaskan ambisinya untuk memimpin pasar nikel global dengan mendorong transformasi industri menuju model hijau dan rendah karbon.
Keberlanjutan operasional disebut sebagai kunci dalam mendukung agenda iklim dunia dan memperkuat posisi Indonesia di kancah mineral kritis global.
“Transformasi industri nikel Indonesia ke model hijau dan rendah karbon bukan sekadar pilihan, tapi keharusan agar negara ini dapat memimpin pasar mineral kritis global,” kata Budi Awansyah, Director and Chief Sustainability and Corporate Affairs Officer PT Vale Indonesia Tbk di konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-30 (COP30) di Belém, Brasil, dikutip, Senin (24/11/2025).
Budi menekankan, kontribusi Indonesia terhadap agenda iklim global tidak hanya diukur dari besarnya cadangan mineral kritis, tetapi juga dari praktik operasional yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dalam perhelatan Konferensi Perubahan Iklim Dunia COP30, MIND ID Group menegaskan, masa depan industri nikel nasional hanya bisa berkelanjutan jika dibangun di atas fondasi hijau dan teknologi rendah karbon.
PT Vale Indonesia Tbk, bagian dari MIND ID, menyatakan bahwa transformasi menuju nikel hijau menjadi kunci bagi Indonesia untuk memperkuat posisi sebagai pemain global mineral kritis di era transisi energi.
Menurut Budi, Indonesia menguasai lebih dari 40 persen cadangan nikel dunia, menjadikannya pusat strategis dalam rantai pasok kendaraan listrik dan baterai.
Namun, persepsi publik terhadap sektor pertambangan masih diwarnai kekhawatiran atas perubahan bentang alam dan tekanan terhadap hutan. Oleh karena itu, transformasi menjadi industri hijau harus menjadi prioritas yang konsisten, terukur, dan transparan.
Smelter Nikel dan Strategi Dekarbonisasi
Smelter nikel termasuk salah satu penyumbang emisi terbesar dalam industri ekstraktif. Untuk memimpin ekosistem mineral kritis global, industri nikel nasional harus menunjukkan kepemimpinan melalui operasi rendah karbon, efisiensi energi, dan tata kelola yang ketat.
PT Vale Indonesia telah mengambil berbagai langkah dekarbonisasi, antara lain: pemanfaatan energi bersih melalui hydropower, peningkatan efisiensi smelter dan optimalisasi panas buangan, pemanfaatan gas CO dan hidrogen dalam proses produksi.
Selain itu, perusahaan mencatat capaian lingkungan nyata, termasuk penggunaan air sebesar 8.498,94 megaliter dengan intensitas 0,12 megaliter per ton nikel, serta pemanfaatan 510 m⊃3; air daur ulang di fasilitas Lamella Gravity Settler.
Baca juga: Kilang Pertamina Internasional Pacu Efisiensi dan Inovasi Energi Rendah Karbon
Dalam pengelolaan limbah, Vale berhasil memanfaatkan kembali 1.453 ton limbah B3 dan 377.964 ton slag nikel non-B3 menjadi material konstruksi dan lapisan jalan tambang.
Konsistensi ini membuat perusahaan meraih PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menjadi satu-satunya perusahaan tambang nikel terintegrasi yang memperoleh penghargaan tertinggi pada 2024.
Sumber: Tribunnews.com
| Industri Semen Nasional Optimalkan Material Ramah Lingkungan |
|
|---|
| Bank DBS: Lebih dari Sekadar Pembiayaan – Pendamping Strategis Transisi Energi |
|
|---|
| PT IMIP Kaji Dampak Tarif Trump 19 Persen Terhadap Industri Nikel |
|
|---|
| Insan Tani dan Nelayan Panen Padi Rendah Karbon di Karawang |
|
|---|
| Hadiri ESG Forum, Waka MPR Bicara Urgensi Transformasi untuk Industri Nikel yang Berkelanjutan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tribunnews/foto/bank/originals/Tambang-nikel-Vale.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.