Virus Corona
Viral Video Pasien PDP Covid-19 Ditolak RS, Ini Komentar Praktisi Kesehatan
Masyarakat sempat dihebohkan oleh video pengakuan seorang pasien diduga positif COVID 19 yang ditolak oleh sebuah rumah sakit.
Penulis:
Endra Kurniawan
Editor:
Daryono
Kemudian rumah sakit yang menerima pasien merujuknya ke rumah sakit lainnya yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan si pasien.
"Jadi ini bukan menolak, tetap memberikan pelayanan semampu dan semaksimal kita"
"Maksimal untuk selanjutnya di rujuk ke rumah sakit yang memang betul betul memiliki fasilitas tersebut," imbuh Tonang.
Baca: Fakta Wali Kota Bogor Bima Arya Positif Corona hingga Kabar sang Istri

Dalam sambungan telepon, Tonang menjelaskan faktor fasilitas rumah sakit, khususnya tempat tidur dalam pelayanan kepada pasien.
Ia menilai ketersedian fasilitas ini akan menentukan pasien itu akan di rawat atau di rujuk ke rumah sakit lainnya.
"Misalkan pasien datang, kompetensi dokter ada, tapi kenyataan tidak ada ruangan yang menampung. Tetap nanti harus kita rujuk ke RS lainnya," ujarnya.
Untuk memudahkan pemahaman, Tonang memberikan permisalan.
"Kemampuan ruangan ini, RS itu mengatakan kami mempunyai 1000 tempat tidur, tidak berarti lantas tempat bisa dipenuhi"
"Karena dalam proses perawatan ada ketentuan-ketentuan khusus untuk penempatan pasien di dalam ruangan," katanya.
Tonang menjelaskan aturan pertama yang paling umum adalah pemisahan pasien laki-laki dengan perempuan dalam satu ruangan.
Kedua adalah tidak bercampurnya pasien bayi atau anak-anak dengan orang dewasa.
"Kecuali untuk ibu melahirkan dengan bayinya itu persoalan khusus. Dewasa tidak bercampur dengan anak anak," jelasnya.
Baca: Pemusnahan Kelelawar Secara Massal untuk Cegah Corona Dinilai Salah Besar
Kemudian aturan ketiga adalah memisahkan pasien yang memiliki penyakit infeksius atau menular dengan pasien lainnya.
Penyakit infeksius seperti disentri, demam tifoid dan penyakit menular lainnya.
"Dengan pasien yang tidak menular seperti sakit jantung, hipertensi , saraf itu kan tidak menularkan. Jadi tidak boleh di satukan"
"Ini maka di lapangan tidak mungkin memenuhi semua tempat tidur," ucap Tonang.
Menurutnya adanya penolakan pasien yang terjadi di lapangan disebabkan miskomunikasi antara pihak rumah sakit dan si pasien itu sendiri.
"Di lapangan salah komunikasi, RS tidak menjelaskan dengan terbuka dan jelas"
"Sebaliknya psikologis pasien kan terburu-buru, sehingga terjadi salah tangkap informasi," tandasnya.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)