Senin, 18 Agustus 2025

Virus Corona

Waspada DBD di Masa Pandemi Covid-19, Dokter Reisa Ingatkan Masyarakat Menjaga Kebersihan Lingkungan

Reisa mengatakan, DBD adalah salah satu tantangan terberat Pemerintah Indonesia, beban kesehatan masyarakat yang juga mengancam kesehatan.

Editor: Dewi Agustina
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional dr. Reisa Broto Asmoro saat konferensi pers di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta, Jumat (3/7/2020). 

Seseorang baru merasakan gejala pada 4 hingga 10 hari setelah digigit nyamuk bervirus dengue. Gejala paling umum yaitu demam tinggi hingga 40 derajat celcius.

Gejala lain berupa sakit kepala, nyeri tulang, nyeri otot, mual, muncul bintik merah di kulit hingga pendarahan pada hidung dan gusi.

Baca: Di NTT Angka Kematian Akibat DBD Lebih Tinggi Daripada Covid-19

Baca: Kemenkes Ungkap Data Provinsi dengan Kasus Covid-19 Tinggi Juga Meningkat Angka Penderita DBD

"Bintik-bintik merah yang muncul di permukaan kulit merupakan tanda terjadinya pendarahan pada kulit akibat penurunan trombosit. DBD bisa berkembang menjadi kondisi berat dan merupakan kegawatan, yang disebut dengan dengue shock, atau DSS, dengue shock syndrome," ujar dr Reisa.

Ia menambahkan, gejalanya berupa muntah, nyeri perut, perubahan suhu tubuh dari demam menjadi dingin atau hipotermia, dan melambatnya denyut jantung.

DBD menyebabkan kematian ketika penderitanya mengalami syok karena perdarahan.

Belum ada obat spesifik untuk melawan DBD. Pemberian obat hanya ditujukan untuk mengurangi gejalanya, misalnya demam, nyerinya, serta mencegah komplikasi.

Selain itu, penderita DBD dianjurkan untuk banyak istirahat dan cukup minum agar tidak mengalami dehidrasi.

Dokter Reisa mengingatkan bahwa puncak kasus DBD biasa terjadi menjelang pertengahan tahun seperti sekarang ini.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa wilayah dengan banyak kasus DBD merupakan wilayah dengan kasus Covid-19 yang tinggi seperti Jawa Barat, Lampung, NTT, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sulawesi Selatan.

Baca: Enggak Cuma Corona, Orangtua Wajib Waspada Dengan DBD

Baca: DBD Lebih Berbahaya dari Corona, Tercatat 104 Orang Meninggal Dunia

"Fenomena ini memungkinkan seseorang yang terinfeksi COVID-19, juga beresiko terinfeksi DBD. Pada prinsipnya sama, pada prinsipnya, upaya untuk mencegahnya adalah menghindari infeksi, dan untuk DBD, gigitan nyamuk," ujarnya.

Ia meminta masyarakat untuk bersama-sama membasmi DBD dan terus melawan COVID-19.

"Mari lindungi diri kita, lindungi keluarga, mulai dari rumah untuk melawan COVID-19 dan mencegah DBD. Tetap sehat, tetap semangat," kata dr Reisa.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan