Kamis, 21 Agustus 2025

Ibadah Haji 2025

Apresiasi Petugas Haji, Menteri PPPA Beri Catatan terkait Layanan Jemaah Perempuan & soal Istithaah

Menteri Arifah Fauzi memberikan apresiasi terhadap Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang telah memberikan pelayanan terbaik kepada jemaah.

Penulis: Dewi Agustina
Media Center Haji 2025
APRESIASI PETUGAS HAJI - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi memberikan apresiasi terhadap Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang telah memberikan pelayanan terbaik kepada jemaah Indonesia. Menteri Arifah memberikan beberapa catatan terkait layanan terhadap jemaah perempuan dalam rangka membangun haji yang ramah perempuan. (Media Center Haji 2025) 

TRIBUNNEWS.COM, JEDDAH - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi memberikan apresiasi terhadap Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang telah memberikan pelayanan terbaik kepada jemaah Indonesia.

Arifah melihat semangat yang luar biasa dari para petugas haji untuk dapat memberikan layanan terbaik kepada jemaah.

Baca juga: Kisah Jemaah Asal Cirebon 3 Hari Simpan Ponsel Petugas Haji yang Hilang di Arafah

"Saya berikan apresiasi dulu setinggi-tingginya buat petugas haji yang telah melaksanakan tugas memberikan pelayanan terbaik kepada para jemaah. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Tapi, saya melihat semangat luar biasa dari para petugas haji untuk memberikan layanan terbaik," kata Menteri PPPA Arifah Fauzi kepada Media Center Haji Daker Bandara di Bandara King Abdulaziz Jeddah, Selasa (10/6/2025) siang.

Di sisi lain, Menteri Arifah memberikan beberapa catatan terkait layanan terhadap jemaah perempuan dalam rangka membangun haji yang ramah perempuan.

Pertama adalah terkait jumlah petugas perempuan.

Menurut Arifah, tahun 2025 ini jumlah jemaah haji perempuan dari Indonesia lebih banyak dibandingkan dengan jemaah laki-laki, yakni sebanyak 55 persen atau 60 persen.

"Maka ini harus diimbangi jumlah petugas yang seimbang dengan jumlah jemaah perempuan," ujarnya.

Kedua mengenai pembimbing ibadah.

Selama ini kata Menteri Arifah, pembimbing ibadah (bimbad) perempuan minim jumlahnya.

Baca juga: Jutaan Jamaah Haji Tinggalkan Mina, Persiapan Tawaf Al-Wida Berjalan Lancar

"Karena apa, perempuan mempunyai bimbad yang berbeda dengan laki-laki. Ada hal-hal khusus yang hanya bisa dikonsultasikan dan nyaman untuk dikonsultasikan bila bimbadnya perempuan," ujarnya.

Ketiga, tentang fasilitas. Terkait fasilitas ini memang ada perubahan, misalnya satu rombongan, ada di beberapa hotel.

"Ini memang ada sistem baru dan memang ini kebijakan dari pemerintah Saudi Arabia," ujarnya.

Arifah mengatakan pihaknya memang berusaha melakukan penyesuaian, namun masih ada persoalan-persoalan yang terjadi.

"Dari catatan-catatan ini, nanti kami akan diskusikan bagaimana ke depan ini bisa lebih baik lagi," kata Arifah.

Ketika ditanya berapa idealnya persentase jemaah perempuan dibanding petugas perempuan, Arifah tidak menyebut angka pasti.

Namun menurutnya jika jemaah perempuan lebih banyak maka idealnya petugas perempuannya juga lebih banyak.

Selain itu Arifah juga menyoroti fasilitas toilet untuk perempuan yang menurutnya juga harus lebih banyak jumlahnya.

"Karena durasi penggunaan toilet untuk perempuan itu lebih lama daripada laki-laki.
Mudah-mudahan tahun depan bisa dicarikan solusinya dengan koordinasi dengan pihak syarikat atau pemerintah Arab Saudi," kata dia.

Saat ditanya bagaimana dengan kriteria petugas haji ke depannya, Arifah mengatakan sebaiknya petugas haji berasal dari perwakilan beberapa provinsi.

Sebab banyak jemaah haji yang tidak paham bahasa Indonesia sehingga dibutuhkan petugas haji dari daerah.

"Kalau saya beberapa kali ketemu jemaah, paling tidak ada perwakilan dari masing-masing provinsi atau kabupaten yang paham bahasa daerah karena kebanyakan jemaah kita adalah masyarakat grass root yang tidak pernah keluar dari kampungnya, yang belum pernah naik pesawat, yang belum pernah berjumpa dengan orang sekian banyaknya," ujarnya.

Petugas haji juga hendaknya paham dengan apa yang menjadi tugasnya.

Lalu bagaimana dengan soal istithaah?

Menurut Arifah, pengertian istithaah harus dimaknai secara keseluruhan.

"Tapi orang menafsirkan mampu hanya secara materi, padahal sebetulnya tidak hanya secara materi tapi kekuatan fisik, karena ibadah haji itu ibadah fisik. Kalau sudah sepuh, buang air kecil aja harus dibantu, buang air besar juga harus dibantu, ga bisa mandi, makan di tempat tidur, ini kan kasihan," kata dia.

Arifah mengaku bertemu dengan beberapa petugas yang diserahkan oleh pendamping haji untuk melayani jemaah.

"Ada anak yang mendampingi orangtuanya yang memang sudah ngga bisa ngapa-ngapain, anaknya pergi sendiri dan ini dipasrahkan KPD petugas," kata dia.

"Jadi ga bisa sepenuhnya dipasrahkan kepada petugas, petugas jumlahnya terbatas. Petugas tugasnya hanya membantu, bukan menyelesaikan semuanya. Harus ada kerja sama dengan semua pihak. Jadi menurut saya istitoah ini harus menjadi bahasan khusus, sejauh mana seseorang bisa berangkat tidak hanya dari segi materi tetapi juga kekuatan fisiknya juga," jelas Arifah. (Media Center Haji/MCH 2025/Dewi Agustina)

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan