Laporan dari Doha: Pelaut Indonesia Jutawan Muda
Masih muda, sekitar 30-an. Gajinya sekitar 2.000 dolar AS (kurang dari Rp 20 juta rupiah) sebulan. Di Indonesia, ini gaji kebanyakan direktur
Editor:
Dahlan Dahi

Orang Sunda ini transit di Doha, dan bersiap terbang ke Oslo, Norwegia. Dia juga seorang pelaut.
“Dari Berjen (kota kecil yang ditempuh 45 menit dengan pesawat dari Oslo), kami akan ke Kenya. Perjalanan ke sana dengan kapal sekitar tiga minggu atau sama dengan tiga kali Jayapura-Jakarta dengan kapal laut”.
***
PARA pelaut Indonesia, sebagian terbesar lulusan akademi pelayaran, adalah sisi lain diaspora Indonesia. Mereka orang Indonesia, berdarah Indonesia, bahkan masih memegang paspor Indonesia tapi bekerja di luar negeri.
Selama ini, Indonesia di luar negeri, terutama di Timur Tengah dan Malaysia, adalah pembantu. Karena pendidikannya yang rendah, kemampuan bahasa asing yang payah, orang-orang Indonesia lalu bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Sementara, para pekerja Filipina yang tidak masalah dengan bahasa Inggris bisa bekerja di tempat yang lebih necis seperti penjaga toko, pramuniaga, atau pelayan restoran.
Ini berbeda dengan di laut. “Pelaut Indonesia lebih berpendidikan dari orang Filipina. Di kapal saya, semua pimpinan, termasuk nakhoda, berasal dari Indonesia. Budak-budaknya dari Filipina,” kata anak muda tadi.
Dulu, kapal yang dioperasikan ini dikuasai orang Ukraina. Kapal ini sendiri kepunyaan perusahaan Singapura. Majikan Singapura mempekerjakan nakhoda orang Ukraina. Maka jadilah semua ABK orang Ukraina.
Ketika nakhoda berganti orang Indonesia, pekerjanya diambil semua –terutama di level nakhoda, mualim, dan kepala mesin-- dari Indonesia.
Dari Singapura, kapal itu berlayar ke Berjen, kota kecil di pesisir Norwegia. Para kru kemudian kumpul di sana sebelum melakukan ekspolarasi potensi minyak di lepas pantai.
Terkadang, kapal bersandar di Paris sehingga para kru akan terbang dari Jakarta ke Doha, lalu dari Doha ke Bandara Charles De Gaulle.
***
BAGAIMANA jaringan pelaut ini terbentuk? Ini sudah pasti cerita yang sudah lumayan lama. Anak muda dari Sunda tadi sudah bekerja di luar negeri lebih dari sepuluh tahun mengarungi laut di Asia, Timur Tengah, Eropa, dan Afrika.
Dia sudah berlayar dari Berjen, Norwegia, ke Kenya di Afrika Tengah. Kapalnya pun sudah masuk Paris dan kota-kota Eropa lainnya. Hanya Benua Amerika saja yang belum dia jelajahi.
Ada juga yang baru bergabung, seorang anak muda dari Makassar. Dia lulusan Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Barombong di kawasan Tanjung Bunga.