Cerita Slamet Basuki, Mualim Kapal yang Kini Jadi Chef Sushi
Awalnya hanya mualim kapal bekerja di pelayaran, namun sejak 1996 malah jadi chef (juru masak) di sebuah restoran Jepang di Jakarta Selatan.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Nasib orang memang tak ada yang tahu. Awalnya hanya mualim kapal bekerja di pelayaran, namun sejak 1996 malah jadi chef (juru masak) di sebuah restoran Jepang di Jakarta Selatan dan kini malah ke Jepang.
"Saya juga bingung sendiri, dulu saya mualim kapal, eh malah sekarang jadi chef sushi makanan Jepang," kata Slamet Basuki biasa dipanggil Uki (30).
Chef Uki kini berada di Tokyo Jepang karena jadi juara chef sushi terbaik Indonesia dan mewakili Indonesia ikut dalam final kompetisi sushi dunia, Rabu (25/11/2015) siang ini.
Setelah bekerja 8 tahun di Jakarta Selatan, tahun 2004-2006 Uki bekerja di restoran sushi yang ada di Hotel Nikko (kini Pullman Hotel) Jakarta.
Setelah itu dia berhenti dan membangun retoran sendiri dengan nama Umaku di Cibubur, kini sudah punya dua restoran. Plus dua lagi restoran sushi franchise dari Umaku.
"Sebetulnya saya tidak tertarik dengan kompetisi ini. Tetapi setelah melihat siapa di belakang penyelenggara, tampaknya bagus untuk belajar lebih lanjut dan saya senang menimba ilmu sushi ini. Bahkan saya sudah putuskan agar tiap dua tahun sekali ke Jepang untuk meng-upgrade ilmu sushi saya di Jepang. Pertama kali saya ke Jepang sekitar tahun 2011," tambahnya.
Kelebihan pembuatan sushi di Jepang karena Jepang selalu menggunakan ikan segar dalam pembuatan sushi.
Di Indonesia diakuinya kadang dan bahkan seringkali bukan ikan segar yang dipakai di restoran sushi, sehingga rasanya tidak enak tidak seperti di Jepang.
Selasa (24/11/2015) kemarin, misalnya Uki bersama peserta lain ke Tsukiji pasar ikan Jepang yang menjual semua bahan makanan laut secara fresh, baru diambil dari laut.
Uki membeli rumput laut untuk dipakai dalam kompetisi siang ini.
"Saya akan coba rebus rumput laut itu dan dipadukan dengan sushi salmon, saya jadikan sushi rumput laut, kayaknya belum ada di dunia saat ini," katanya.
Keinginan melebarkan sayap restoran sushi di Indonesia terbentur menurutnya oleh kontrol yang harus dilakukan sendiri.
"Agak repot ya kalau buka banyak toko sushi akan repot dikontrol apakah selalu tiap hari pakai ikan segar, dan sebagainya, itu kan bagian dari kualitas mutu produk sushi yang mau kita jual. Jadi sepertinya saya mau fokus di Cibubur saja dulu agar masyarakat semakin banyak yang tahu dan masyarakat Cibubur tak perlu ke Jakarta untuk mencobai sushi yang enak, cukup di tempat saya," tambahnya sambil senyum.
Ayah dari dua putri dan seorang putra tersebut akan terus menggali ilmu sushinya di Jepang.
Dia berharap ilmu sushi berkembang dan dapat di-upgrade selalu untuk peningkatan kualitas restoran usahanya di Cibubur.
"Itulah sebabnya saya suka model training sushi, pendidikan sushi di Jepang ini seperti dilakukan kemarin oleh para chef dunia di Tsukiji, banyak tambah ilmu. Itulah sebabnya saya ikut kompetisi ini, lepas dari soal menang atau kalah nantinya," ujar Chef Uki.