Senin, 8 September 2025

Polemik Yerusalem

Hasil Polling: Makin Banyak Warga AS yang Ingin Dongkel Donald Trump

Jumlah tersebut lebih tinggi dari persentase orang Amerika yang mengatakan bahwa mereka berencana untuk memilih Trump sebagai presiden pada pemilihan

Editor: Choirul Arifin
TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
Sejumlah peserta membakar poster wajah Donald Trump saat aksi solidaritas untuk Palestina di depan Konsulat Jenderal Amerika Serikat, di Medan, Sumatera Utara, Jumat (15/12/2017). Aksi yang diikuti berbagai ormas islam tersebut, sebagai bentuk protes kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota baru Israel. (TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR) 

TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Presiden Amerika Serikat Donald Trump semakin kehilangan dukungan dari rakyat Amerika. Sebagai bukti, hasil polling terbaru menunjukkan, lebih dari 40% responden berpikir sudah saatnya memulai proses pemakzulan terhadap Trump. 

Jumlah tersebut lebih tinggi dari persentase orang Amerika yang mengatakan bahwa mereka berencana untuk memilih Trump sebagai presiden pada pemilihan 2020.

Survei NBC News / Wall Street Journal, pada Rabu (20/12), menyebut bahwa ada sekitar 41% warga Amerika percaya ada cukup alasan bagi Kongres untuk mengadakan audiensi pemakzulan. Jajak pendapat tersebut menemukan bahwa 70% Partai Demokrat, 40% independen dan bahkan 7% dari Partai Republik mendukung dilakukannya audiensi tersebut.

Selain itu, jumlah responden yang menyerukan proses pemakzulan untuk segera berlangsung setara dengan 38% responden yang percaya bahwa Trump berkolusi dengan Rusia untuk memenangkan pemilihan 2016.

Dua pekan lalu, Perwakilan Demokrat Al Green memaksakan dilakukan voting di DPR terkait pasal pemakzulan melawan Trump. Pemungutan suara tersebut gagal, namun 58 anggota dari Demokrat mendukung langkah Green.

Keinginan warga Amerika untuk melakukan impeachment bukanlah satu-satunya kabar buruk bagi Trump dalam polling ini.

Jika Trump berhasil bertahan dalam masa jabatan pertamanya tanpa pemakzulan, peluangnya untuk terpilih kembali terlihat sangat suram.

Hanya 36% responden yang mengatakan mereka mungkin atau pasti memilih Trump melawan kandidat Demokrat. Sebaliknya, 52% mengatakan mereka mungkin atau pasti "memilih pihak lawan lainnya." Hasil polling seperti itu merujuk pada kecilnya kemungkinan Trump menuju masa jabatan kedua.

Tentu saja, pemilu masih tiga tahun lagi, dan sebagian besar kandidat Demokrat tidak akan menyatakan niat mereka untuk mencalonkan diri hingga 2019. Namun angka tersebut melukiskan gambaran yang tidak menyenangkan bagi presiden.

Ketika ditanya apakah mereka menyetujui atau menolak pekerjaan yang dilakukan Trump, hanya 41% responden yang mengatakan bahwa mereka sangat setuju atau cukup setuju. Sementara, 56% responden lainnya berpendapat sangat tidak setuju atau agak tidak setuju.

Yang juga mengganggu Trump adalah penurunan dukungan dari beberapa kelompok pendukung terkuatnya.

Hanya 43% anggota Partai Republik yang mengatakan bahwa mereka "pasti" akan mendukung Trump menjadi presiden pada tahun 2020, sementara 40% pendukung Partai Republik lainnya mengatakan bahwa mereka "mungkin" mendukung tawarannya untuk terpilih kembali.

Sebagai perbandingan, responden Demokrat menyajikan hasil yang lebih bersatu, dengan 73% mengatakan bahwa mereka akan "pasti" memilih kandidat Demokrat.

Selain itu, hanya 47% pemilih kulit putih tanpa gelar sarjana mengatakan bahwa mereka akan mendukung Trump pada 2020. Hasil tersebut turun 19 poin dari dukungan yang dia terima pada pemilihan 2016.

Baca: Sejak Menjanda, Wanita Asal Jember Ini Jadi Sopir Truk Cabe untuk Hidupi Anak-anaknya

Halaman
12
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan