Perempuan korban pelecehan seksual menciptakan ribuan kepribadian agar dapat bertahan dari penyiksaan ayahnya
Otak Jeni Haynes menggunakan taktik yang luar biasa dengan menciptakan jati diri baru agar tidak merasakan rasa sakit ketika diperkosa dan disiksa
Jeni, lewat berbagai kepribadiannya, dapat memberikan bukti rinci dari setiap pelanggaran. Jati diri yang berbeda memungkinkannya menyimpan ingatan yang dapat saja terlupakan karena trauma yang dialami.
Jaksa juga menyediakan sejumlah psikolog dengan keahlian beragam, disamping ahli DID.
Pada hari kedua persidangan, ayahnya mengaku bersalah telah melakukan 25 pelanggaran.
'MPD menyelamatkan jiwa saya'
"Ini adalah kasus penting karena untuk pertama kalinya kesaksian dari berbagai pribadi penderita DID diakui sistem pengadilan sehingga pelaku dapat dihukum," kata Dr Cathy Kezelman, presiden Blue Knot Foundation, organisasi Australia yang membantu korban yang selamat dari trauma anak-anak.
Jeni pertama kali melaporkan pelecehan pada tahun 2009. Dan diperlukan waktu selama 10 tahun sebelum penyelidikan polisi akhirnya berujung pada vonis penjara bagi Richard Haynes.
Dia diekstradisi dari Darlington, Inggris timur laut pada tahun 2017, tempat di mana dirinya dipenjara karena kejahatan lain.
Richard hidup di antara keluarga besar Jeni, dan mengatakan anak perempuan itu adalah pembohong.
Sejak mengetahui pelecehan yang dialami Jeni, ibunya menjadi salah satu pendukung kuatnya dalam menuntut keadilan.
Selama berpuluh tahun Jeni berjuang untuk mendapatkan bantuan mengatasi trauma, karena para konselor dan terapis menolaknya karena mereka tidak mempercayai ceritanya, atau mereka mengalami trauma karena tidak mampu menanganinya.

Meskipun sekarang telah diterima secara luas dan dipandang sebagai diagnosa berdasarkan bukti, DID pada umumnya dipertanyakan orang umum dan bahakan oleh sejumlah kalangan kedokteran.
Jeni sendiri mengatakan MPD telah menyelamatkan kehidupan dan jiwanya.
Dia belajar dan mendapatkan gelar S2 dan S3 dalam kajian hukum dan filsafat, tetapi dia kesulitan mendapatkan pekerjaan tetap. Dia hidup bersama ibunya, keduanya bergantung pada uang pensiun.
"Saya sangat bertekad agar cerita saya diketahui orang," kata Jeni kepada BBC sebelum keputusan. "Saya ingin agar perjuangan saya selama 10 tahun untuk mendapatkan keadilan benar-benar membawa perubahan sehingga orang-orang lain dapat lebih mendapatkan kemudahan.