Senin, 15 September 2025

Perempuan korban pelecehan seksual menciptakan ribuan kepribadian agar dapat bertahan dari penyiksaan ayahnya

Otak Jeni Haynes menggunakan taktik yang luar biasa dengan menciptakan jati diri baru agar tidak merasakan rasa sakit ketika diperkosa dan disiksa

Ketika masih anak-anak, Jeni Hayes berulang kali diperkosa dan disiksa ayahnya, Richard Haynes, untuk mengatasi pelecehan ini dia menciptakan ribuan kepribadian yang berbeda.

Jeni menuntut ayahnya di pengadilan Australia pada sebuah kasus yang dikatakan polisi sebagai peristiwa pelecehan anak yang terburuk dalam sejarah negara itu.

"Saya memasuki ruang pengadilan, saya duduk, saya disumpah dan beberapa jam kemudian saya kembali ke tubuh saya dan melangkah keluar," kata Jeni kepada BBC.

Pada sidang yang dilakukan di bulan Maret tersebut, Jeni menghadapi ayahnya dengan memberikan bukti lewat berbagai kepribadiannya, termasuk seorang anak perempuan berumur empat tahun bernama Symphony.

Ini diperkirakan adalah kasus pertama di negara itu dan kemungkinan juga di dunia, di mana korban dengan kelainan kepribadian memberikan kesaksian dan berhasil menghukum pelakunya.

Pada tanggal 6 September, Richard Haynes, 74 tahun dihukum penjara 45 tahun oleh pengadilan Sydney.

Jeni Haynes, empat tahun
JENI HAYNES
Banyaknya kepribadian Jeni adalah untuk melindungi dirinya dari pelecehan.

Perkosaan dan penyiksaan

Keluarga Haynes pindah dari Bexleyheath, London ke Australia pada tahun 1974.

Jeni baru berumur empat tahun ketika ayahnya mulai melecehkannya. Di Sydney, tindakan sadis terhadap anak perempuannya dilakukan hampir setiap hari.

"Pelecehan yang dilakukan ayah saya direncanakan. Tindakan itu dilakukan secara sengaja dan dia menikmatinya," kata Jeni di depan pengadilan.

"Dia mendengar saya memohon agar dia berhenti, dia mendengar saya menangis, dia melihat saya kesakitan dan merasa diteror, dia melihat saya berdarah dan cedera. Dan keesokan harinya, dia melakukannya lagi."

Haynes juga mencuci otak Jeni dengan mengatakan dia dapat membaca pikirannya. Dia juga mengancam akan membunuh ibu, saudara laki-laki dan perempuannya.

Ayahnya juga membatasi pergaulannya di sekolah. Jeni menjadi pendiam dan mulai berpikir lewat syair lagu untuk bersembunyi.

Jeni juga tidak mendapatkan perawatan atas cedera karena pemukulan dan pelecehan seksual.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan