Homo Erectus di Jawa hidup paling lama di dunia, bertahan hingga 100.000 tahun lalu
Homo erectus bertahan sampai sekitar 100.000 tahun lalu di Pulau Jawa, saat spesies sejenis di tempat lain sudah punah.
Temuan ini menggarisbawahi pergeseran teori selama beberapa dekade terakhir.
Khalayak dulu menganggap evolusi manusia sebagai suatu perkembangan, dengan garis lurus imajiner dari kera mengarah ke bentuk manusia modern.
Ini diwujudkan dalam ilustrasi yang disebut March of Progress di mana makhluk bungkuk perlahan-lahan berubah menjadi Homo sapiens, sebagai puncak evolusi.
Namun, belakangan ini, kita dapat melihat bahwa segalanya jauh lebih berantakan.
Studi terbaru menyoroti kebenaran yang mengejutkan: bahwa masa keberadaan dari spesies manusia purba saling tumpang tindih satu sama lain, dalam beberapa kasus selama ratusan ribu tahun.
Tetapi mengapa Homo erectus bertahan sangat lama di Jawa?
Di Afrika, spesies itu mungkin hilang 500.000 tahun yang lalu; di China menghilang sekitar 400.000 tahun yang lalu.
Russell Ciochon menduga Homo erectus mungkin tidak mampu berkompetisi dengan spesies manusia lain. Tetapi di Jawa, mereka mungkin berkembang karena terisolasi.
Namun, hasil penelitan menunjukkan fosil berasal dari periode ketika kondisi lingkungan di Jawa berubah.
Apa yang dulunya hutan terbuka berubah menjadi hutan hujan.
Ciochon berpikir ini bisa menandai titik pasti kepunahan Homo erectus di pulau itu.
Penampakan terakhir?
Ciochon menjelaskan, tidak ada Homo erectus yang ditemukan setelah masa ini. Bahkan ada masa tanpa aktivitas manusia sama sekali, sampai Homo sapiens muncul di Jawa sekitar 39.000 tahun lalu.
Prof Ciochon percaya H. erectus terlalu bergantung pada sabana terbuka dan tidak bisa beradaptasi dengan kehidupan di hutan hujan.
"Homo sapiens adalah satu-satunya spesies hominin yang hidup di hutan tropis," jelasnya.