Penelitian Ini Ungkap Kondisi Idlib Sebelum dan Sesudah Perang, Sepertiga Bangunan Rusak
Laporan ini mengatakan bahwa hampir sepertiga bangunan di dua kota ini telah rusak dan hancur.Terutama setelah serangan pemerintah pada kubu oposisi.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Sri Juliati
Para peneliti memperkirakan, hampir sepertiga bangunan hancur karena sengaja dihancurkan atau menjadi korban bom udara dan perang di darat.
Para penduduk melarikan diri sebelum dan setelah perang serta bangunan hampir semuanya rata dengan tanah.
Rasanya, mustahil bagi keluarga-keluarga di sana bisa kembali ke rumahnya menurut hasil penelitian itu.
Baca: Turki Menembak Jatuh Pesawat Pasukan Suriah Ketiga Setelah Saraqeb Direbut
Baca: Rusia Mengecam Klaim Turki Soal Jutaan Migran dari Idlib: HOAKS
Gambar lainnya, menunjukkan perpindahan kamp di Idlib Utara sejak September 2017 sampai Februari 2020.
Pertumbuhan kamp-kamp itu sangat signifikan, lantaran yang sebelumnya ladang menjadi bangunan-bangunan semi permanen.
"Pengeboman tiada henti telah mengosongkan sebagian besar Idlib dalam hitungan minggu saja."
"Sebab ini merupakan bencana bagi ratusan anak dan perempuan," kata Direktur Suriah untuk Save for Children, Sonia Khush dilansir BBC.
"Setengah juta anak dijejalkan di kamp-kamp penampungan di perbatasan Turki, tanpa kebutuhan kehidupan yang layak."
Terang saja, di lokasi kamp dadakan seperti itu tidak ada tempat tidur, air bersih, makanan layak, atau bahkan pendidikan untuk anak-anak.
"Dunia tidak bisa hanya terus menonton dan menunggu anak-anak itu terbunuh, terluka, dan terlantar dalam skala yang besar," tambahnya.
Beberapa pekan terakhir ini, Turki mengirimkan ribuan tentara ke Idlib untuk mendukung oposisi pemerintah.
Hal ini memicu pertumpahan darah dengan pasukan pemerintah Suriah.
Rusia dan Turki Tandatangani Perjanjian Gencatan Senjata
Rusia dan Turki telah menyetujui gencatan senjata di Idlib mulai tengah malam Kamis (5/3/2020) waktu Moskow.
Mereka sepakat menghentikan pergolakan di Provinsi Idlib, daerah Barat Laut Suriah sebagai upaya menghindari eskalasi lebih besar.