Virus Corona
Tingkat Perceraian di Tiongkok Meningkat setelah Lockdown Mulai Berakhir, Sebagian karena KDRT
Sekitar dua bulan lebih Tiongkok atau Daratan China berjuang melawan Covid-19.Namun angka perceraian tiba-tiba melonjak pada bulan Maret.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Wulan Kurnia Putri
Inilah yang dialami seorang wanita dan ibu asal Tiongkok, Wu.
Wu berusia 30 tahunan dan sengaja tidak memberikan nama lengkap untuk melindungi privasinya.
Hampir dua bulan dia menghabiskan waktu bersama suaminya yang tidak bekerja di rumah, Provinsi Guangdong Selatan.
Menurut Wu, dia dan suaminya sering bertengkar.
Wu bahkan mencatat hal-hal yang membuatnya kesal antara lain uang yang terlalu sedikit, terlalu sering bertemu dan pekerjaan rumah tidak dibagi rata.
Satu hal lagi yang membuat Wu geram adalah, suaminya sering mengajak anaknya bermain di malam hari.
Padahal waktu-waktu itu harusnya anak-anak bergegas tidur.
"Dia pembuat onar di rumah," katanya.
"Aku tidak ingin bertahan lagi. Kami sepakat untuk bercerai, dan langkah berikutnya adalah mencari pengacara," jelasnya.
Kembali ke tingkat perceraian, Kota Xian di China Tengah dan Dazhou di Provinsi Sinchuan melaporkan jumlah pengajuan cerai yang tinggi pada awal Maret.
Ini menyebabkan tumpukan kasus yang panjang di kantor-kantor pemerintahan.
Di Miluo provinsi Hunan, anggota staf kantor bahkan tidak punya waktu untuk minum air karena begitu banyak pasangan akan cerai yang berbaris.
Sejumlah catatan ini bersumber dari laporan pemerintah kota pada pertengahan Maret lalu.
Petugas pengadilan berjuang untuk mengikuti dan memproses semua nomor aduan dalam satu hari.
"Masalah sepele dalam kehidupan menyebabkan eskalasi konflik."