Virus Corona
Pejabat Gedung Putih Sempat Peringatkan Bahaya Corona di AS, Donald Trump Justru Meremehkan
Penasihat perdagangan Gedung Putih, Top Peter Navarro memperingatkan tentang seberapa mengerikannya pandemi Covid-19 terlebih pada sektor perekonomian
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Siti Nurjannah Wulandari
Tetapi dengan pembatasan yang luas, mereka mengatakan virus corona masih bisa membunuh 100.000 hingga 240.000 orang di AS dan jutaan terinfeksi.
Pada memoarnya itu, pejabat Gedung Putih ini menjabarkan skenario dan dana untuk mengatasinya.
Sedikitnya USD 30 Miliar sekira Rp 486 Triliun, yang ditulis Navarro untuk mendukung upaya pencegahan, perawatan, dan lainnya.
Memo kedua Navarro menguraikan kebutuhan akan peralatan perlindungan (APD) tambahan.
"Barang-barang utama termasuk masker wajah N-95, kacamata, sarung tangan, setelan Tyvek, sirkuit ventilator, dan Positive Air Pressure Respirators (PAPRs)."
Navarro, pada saat itu meminta lebih dari USD 618 juta atau setara Rp 10 Triliun untuk APD dan ventilator.
Baca: Donald Trump Sebut Amerika Segera Masuki Titik Mengerikan Angka Kematian karena Virus Corona
Pesan Memo Ini Dianggap Berlebihan
Selasa (7/4/2020) lalu, seorang sumber mengatakan bahwa memo Navarro dianggap terlalu agresif pada Februari silam.
Namun beberapa pejabat di Dewan Keamanan Nasional dan Gedung Putih juga banyak yang mengikuti sarannya itu.
Sumber itu menilai saat ini memo Navarro tampaknya akurat.
Seperti yang terjadi pekan lalu, Trump memperingatkan warga AS bahwa beberapa minggu ke depan akan menjadi waktu yang berat.
"Lonjakan akan datang dan itu datang cukup kuat," kata Trump.
Namun faktanya, pada saat memo kedua dikirim ke Trump, presiden ini justru menganggap Covid-19 terkendali.
"Virus corona sangat terkendali di AS," cuitnya saat itu.
Hingga Rabu (8/4/2020) Amerika Serikat telah mencatat 400.549 kasus positif Covid-19.
Angka ini masih menjadi sebaran infeksi paling banyak di dunia.
Sementara itu jumlah kematiannya mencapai 12.857.
Sedangkan pasien pulih ada sebanyak 21.711.
Wakil Ahli Bedah Umum AS, Jerome Adams mengingatkan bahwa Amerika belum mencapai puncak pandemi.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)