Jumat, 5 September 2025

Virus Corona

Pejabat Gedung Putih Sempat Peringatkan Bahaya Corona di AS, Donald Trump Justru Meremehkan

Penasihat perdagangan Gedung Putih, Top Peter Navarro memperingatkan tentang seberapa mengerikannya pandemi Covid-19 terlebih pada sektor perekonomian

Penulis: Ika Nur Cahyani
Twitter
Amerika Serikat Mencatat 100.000-240.000 Kematian sebagai Target 

TRIBUNNEWS.COM - Penasihat perdagangan Gedung Putih, Top Peter Navarro memperingatkan tentang seberapa mengerikannya pandemi Covid-19 terlebih pada sektor perekonomian.

Namun menurut laporan CNN, Presiden AS Donald Trump bersikeras tidak melihat memo berisi peringatan ini.

Mengutip Fox News, Navarro telah mengirimkan ini tepat sebelum pandemi meluas secara global.

Baca: UPDATE Corona Dunia Sore Ini: Lonjakan Kasus Tertinggi Terjadi di Spanyol, AS Tembus 400 Ribu

Baca: Korban Terbesar di AS, Dalam Sehari Hampir 2.000 Orang Meninggal Karena Covid-19

Peringatan itu tertulis dalam memo internal dan dikirimkan kepada Gedung Putih sejak Januari dan Februari silam.

Di sana Navarro mengatakan AS mungkin saja mengalami 2 juta kematian dan merugi triliyunan dolar dalam sektor ekonomi.

Memoar Navarro yang pertama bertanggal 29 Januari dan ditujukan kepada Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.

Di dalamnya, Navarro sudah mengingatkan tentang larangan bepergian ke China.

"Kurangnya perlindungan kekebalan atau penyembuhan atau vaksin yang ada akan membuat orang Amerika tidak berdaya dalam kasus wabah virus corona yang meledak di tanah AS," tulis Navarro.

"Kurangnya perlindungan ini meningkatkan risiko virus corona berkembang menjadi pandemi yang meluas, membahayakan kehidupan jutaan orang Amerika," lanjutnya.

Memo pertama ini datang di saat Trump meremehkan kemungkinan wabah Covid-19 di AS.

Kemudian pada akhir Februari, Navarro kembali menulis memo yang ditujukan langsung kepada Presiden.

Presiden AS Donald Trump Umumkan Darurat Nasional Virus Corona
Presiden AS Donald Trump Umumkan Darurat Nasional Virus Corona (Twitter Donald Trump)

Masih dengan peringatan yang sama, namun kali ini Navarro lebih menekankan dampak bahaya wabah asal China ini.

"Ada kemungkinan peningkatan pandemi Covid-19 yang dapat menginfeksi sebanyak 100 juta orang Amerika, dengan korban jiwa sebanyak sebagai 1-2 juta jiwa," bunyi memo kedua Navarro.

Perkiraan ini pada akhirnya sejalan dengan apa yang pejabat AS lain katakan.

Sementara itu Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Dr. Anthony Fauci dan Dr. Deborah Birx pekan lalu mengatakan, AS akan mengantongi 1,5 hingga 2,2 kematian bila tidak melakukan upaya apapun.

Tetapi dengan pembatasan yang luas, mereka mengatakan virus corona masih bisa membunuh 100.000 hingga 240.000 orang di AS dan jutaan terinfeksi.

Pada memoarnya itu, pejabat Gedung Putih ini menjabarkan skenario dan dana untuk mengatasinya.

Sedikitnya USD 30 Miliar sekira Rp 486 Triliun, yang ditulis Navarro untuk mendukung upaya pencegahan, perawatan, dan lainnya.

Memo kedua Navarro menguraikan kebutuhan akan peralatan perlindungan (APD) tambahan.

"Barang-barang utama termasuk masker wajah N-95, kacamata, sarung tangan, setelan Tyvek, sirkuit ventilator, dan Positive Air Pressure Respirators (PAPRs)."

Navarro, pada saat itu meminta lebih dari USD 618 juta atau setara Rp 10 Triliun untuk APD dan ventilator.

Baca: Donald Trump Sebut Amerika Segera Masuki Titik Mengerikan Angka Kematian karena Virus Corona

Pesan Memo Ini Dianggap Berlebihan

Selasa (7/4/2020) lalu, seorang sumber mengatakan bahwa memo Navarro dianggap terlalu agresif pada Februari silam.

Namun beberapa pejabat di Dewan Keamanan Nasional dan Gedung Putih juga banyak yang mengikuti sarannya itu.

Sumber itu menilai saat ini memo Navarro tampaknya akurat.

Seperti yang terjadi pekan lalu, Trump memperingatkan warga AS bahwa beberapa minggu ke depan akan menjadi waktu yang berat.

"Lonjakan akan datang dan itu datang cukup kuat," kata Trump.

Namun faktanya, pada saat memo kedua dikirim ke Trump, presiden ini justru menganggap Covid-19 terkendali.

"Virus corona sangat terkendali di AS," cuitnya saat itu.

Hingga Rabu (8/4/2020) Amerika Serikat telah mencatat 400.549 kasus positif Covid-19.

Angka ini masih menjadi sebaran infeksi paling banyak di dunia.

Sementara itu jumlah kematiannya mencapai 12.857.

Sedangkan pasien pulih ada sebanyak 21.711.

Wakil Ahli Bedah Umum AS, Jerome Adams mengingatkan bahwa Amerika belum mencapai puncak pandemi.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan