Kamis, 28 Agustus 2025

Virus Corona

Ilmuwan Hong Kong Sebut China Miliki Kasus Corona Empat Kali Lebih Banyak Dibanding yang Dilaporkan

Menurut sebuah penelitian, jumlah infeksi virus corona di China empat kali lipat dibanding angka resmi yang dilaporkan pemerintah.

Freepik
ilustrasi virus corona 

TRIBUNNEWS.COM - Lebih dari 232.000 orang mungkin telah terinfeksi virus corona pada gelombang pertama Covid-19 di China daratan.

Menurut sebuah penelitian, jumlah tersebut empat kali lipat dibanding angka resmi yang dilaporkan pemerintah.

Mengutip dari The Guardian, China melaporkan lebih dari 55.000 kasus per 20 Februari 2020.

Tetapi, menurut penelitian yang dilakukan para akedemisi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Hong Kong.

Penelitian yang diterbitkan di Lancet itu mengatakan, jumlah sebenarnya akan jauh lebih besar.

Bila definisi kasus Covid-19 yang digunakan telah diterapkan sejak awal.

Baca: Tuding Beijing Berbohong Soal Covid-19, Negara Bagian Missouri Ajukan Tuntutan Perdata ke China

Lebih jauh, China kini telah melaporkan 83.000 kasus infeksi.

Secara global, jumlah kematian akibat virus corona telah melebihi 190.000, dengan infeksi mencapai 2,7 juta jiwa.

Sebagaimana dijelaskan dalam makalah, kriteria diagnostik awal untuk mengidentifikasi penyakit ini sangat sempit.

Untuk mengidentifikasi penyakit, harus ditinjau tujuh kali, antara 15 Januari dan 3 Maret 2020 oleh Komisi Kesehatan Nasional China.

Ini dilakukan ketika informasi baru tentang penyakit tersedia dan kapasitas pengujian laboratorium diperluas.

Studi Hong Kong menganalisis data hingga 20 Februari 2020 yang dikumpulkan leh misi WHO ke Wuhan.

Seputar Virus Corona
Seputar Virus Corona (Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S)

Baca: Trik Sehat Berpuasa Saat Pandemi Covid-19, Batasi Konsumsi Manis, Jangan Stres, Bisa Ganggu Imun

Diperkirakan, masing-masing dari empat perubahan pertama meningkatkan proporsi kasus yang terdeteksi dan dapat dihitung antara 2,8 dan 7,1 kali.

"Jika versi kelima dari infeksi kasus telah diterapkan sepanjang wabah dengan kapasitas pengujian yang cukup," kata penelitian tersebut.

"Kami memperkirakan pada 20 Februari 2020, akan ada 232.000 kasus yang dikonfirmasi di Tiongkok sebagai lawan dari 55.508 kasus yang dilaporkan," tambahnya.

Para peneliti menunjuk ruang lingkup yang sangat sempit dari pedoman diagnostik pertama.

Pedoman tersebut membutuhkan enam kriteria khusus yang harus dipenuhi bagi pasien untuk menjadi kasus Covid-19 yang dikonfirmasi.

Kriteria termasuk hubungan epidemiologis pasien dengan Wuhan atau pasar basah di Wuhan.

Serta tes sekuensing genom lengkap dari spesimen pernapasan pasien yang menunjukkan homologi yang dekat dengan Covid-19

“Di China, memperluas definisi kasus dari waktu ke waktu memungkinkan proporsi infeksi yang lebih besar terdeteksi sebagai kasus,” tulis para peneliti.

“Jumlah sebenarnya infeksi masih bisa lebih tinggi dari yang diperkirakan saat ini," tambahnya.

"Mengingat kemungkinan deteksi di bawah beberapa infeksi, terutama yang ringan dan tanpa gejala, bahkan di bawah definisi kasus seluas-luasnya," jelasnya.

Seputar Virus Corona
Seputar Virus Corona (Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S)

China Dituduh Tidak Transparan

Ada banyak kontroversi di banyak negara tentang penghitungan kematian dan infeksi.

China telah dituduh kurangnya transparansi atas pelaporan angka-angkanya.

Pekan lalu dikatakan bahwa jumlah kematian di Wuhan, tempat virus itu diyakini berasal, ternyata 50 persen lebih tinggi dari yang dilaporkan pertama.

Lebih jauh, di Inggris telah ada perbedaan antara angka harian pemerintah.

Angka tersebut hanya menghitung kematian di rumah sakit, dan angka-angka yang diterbitkan setiap minggu oleh Kantor Statistik Nasional, yang mencakup kematian di masyarakat.

Sebuah analisis oleh Financial Times minggu ini menunjukkan angka kematian sebenarnya di Inggris bisa mencapai 41.000.

Jumlah tersebut dua kali lipat dari yang telah dicatat.

Demikian pula, diasumsikan bahwa angka resmi untuk infeksi di Inggris jauh lebih rendah daripada angka sebenarnya, karena kurangnya pengujian.

Masalah serupa disoroti di Spanyol pada hari Kamis, ketika pemerintah federal dan pemerintah daerah Madrid melaporkan angka yang saling bertentangan untuk kematian.

Duta Besar China untuk AS: Tuduhan Tidak Berdasar

Tuduhan publik administrasi Trump terhadap China tentang kurangnya transparansi tentang asal-usul virus dan pelaporan angka-angka tersebut telah memicu kemarahan di Beijing.

Pada hari Rabu, Duta Besar Tiongkok untuk AS, Cui Tiankai, angkat bicara.

Cui mengatakan perlu ada “pemikiran ulang yang serius terhadap fondasi” hubungan AS-Cina.

Dia juga mengkritik politisi di AS karena mengabaikan para ilmuwan dan membuat tuduhan "tidak berdasar".

Pada hari yang sama, menteri luar negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan AS percaya bahwa Cina gagal melaporkan wabah virus pada waktu yang tepat.

AS, terutama melalui presiden Donald Trump, telah memperkuat teori bahwa virus itu lolos dari laboratorium China , tanpa bukti.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan