Virus Corona
PM Inggris Putar Otak Cari Solusi Buka Lockdown Tanpa Memicu Gelombang Kedua Virus Corona
Boris Johnson tengah mencari cara membuka lockdown yang menghancurkan ekonomi Inggris, tanpa memicu gelombang kedua wabah virus corona.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Malvyandie Haryadi
Misalnya, di rumah perawatan lebih lambat untuk dipublikasikan.
Lockdown paling ketat dalam sejarah ini membuat perekonomian menghadapi kemungkinan resesi terbesar dalam tiga abad dan belanja hutang terbesar sejak Perang Dunia II.
Lebih lanjut, Richard Horton, editor The Lancet, memberikan tanggapannya melalui cuitan Twitter.
"Hari ini Perdana Menteri Inggris kembali bekerja. Tugas pertamanya adalah tidak memutuskan kapan harus mengakhiri lockdown," katanya.
"Sebaliknya, itu harus mengelola harapan publik tentang berapa lama lockdown."
"Dia perlu berbicara kepada orang-orang Inggris hari ini," paparnya.
Pada awal wabah, Boris Johnson awalnya menolak memaksakan lockdown ketat
Tetapi kemudian mengubah arah ketika proyeksi menunjukkan seperempat juta orang bisa mati di Inggris.
Baca: Jokowi Banjir Kritik Penanganan Covid-19, Prabowo Pasang Badan : Beliau Berjuang untuk Indonesia
Pemeritahan Boris Johnson Dikritik
Sejak lockdown itu diberlakukan pada 23 Maret 2020, pemerintahnya telah menghadapi kritik dari partai-partai oposisi dan beberapa dokter.
Kritik tersebut seputar kemampuan pengujian yang terbatas Inggris.
Tak hanya itu saja, kurangnya peralatan pelindung untuk beberapa pekerja kesehatan garis depan juga menjadi sorotan.
Lebih jauh, Pemimpin Partai Buruh Oposisi Keir Starmer, yang telah menggantikan sosialis veteran Jeremy Corbyn, mendesak Johnson menetapkan kapan dan bagaimana lockdown sektor ekonomi dan sosial mungkin dilonggarkan.
"Bertindak seolah-olah diskusi ini tidak terjadi tidak dapat dipercaya," tulis Starmer dalam surat terbuka kepada Johnson.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)